Senin, 30 Maret 2020

Pengampunan itu Kebijaksanaan dan Kualitas Diri


Senin Prapaskah Pekan V (U)
Dan. 13:41-62
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Yoh. 8:1-11




Dan. 13:41-62

13:41 Ia tidak mau memberitahu kami. Inilah kesaksian kami." Himpunan rakyat percaya akan mereka, oleh karena mereka adalah orang tua-tua di antara rakyat dan hakim. Lalu hukuman mati dijatuhkannya kepada Susana.
13:42 Maka berserulah Susana dengan suara nyaring: "Allah yang kekal yang mengetahui apa yang tersembunyi dan yang mengenal sesuatu sebelum terjadi,
13:43 Engkaupun tahu pula bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati meskipun tidak kulakukan sesuatupun dari apa yang mereka bohongi aku."
13:44 Maka Tuhan mendengarkan suaranya.
13:45 Ketika Susana dibawa keluar untuk dihabisi nyawanya, maka Allah membangkitkan roh suci dari seorang anak muda, Daniel namanya.
13:46 Berserulah ia dengan suara nyaring: "Aku ini tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!"
13:47 Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya: "Apakah maksudnya yang kaukatakan itu?"
13:48 Danielpun lalu berdiri di tengah-tengah mereka, katanya: "Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti?
13:49 Kembalilah ke tempat pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan ini!"
13:50 Bergegas-gegas kembalilah rakyat lalu orang-orang tua itu berkata kepada Daniel: "Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahulah kami. Sebab Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua."
13:51 Lalu kata Daniel kepada orang-orang yang ada di situ: "Pisahkanlah mereka berdua itu jauh-jauh, maka mereka akan kuperiksa."
13:52 Setelah mereka dipisahkan satu sama lain maka Daniel memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya: "Hai engkau, yang sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat
13:53 dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh.
13:54 Oleh sebab itu, jika engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu: "Di bawah pohon mesui."
13:55 Kembali Daniel berkata: "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah sudah menerima firman dari Allah untuk membelah engkau!"
13:56 Setelah orang itu disuruh pergi Danielpun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang itu: "Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu berahi telah membengkokkan hatimu.
13:57 Kamu sudah biasa berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel dan merekapun terpaksa menuruti kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu!
13:58 Oleh sebab itu, katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu: "Di bawah pohon berangan."
13:59 Kembali Daniel berkata: "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya membinasakan kamu!"
13:60 Maka berseru-serulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya.
13:61 Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya.
13:62 Sesuai dengan Taurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang tak bersalah.

Yoh. 8:1-11

8:1 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."



Pengampunan itu Kebijaksanaan dan Kualitas Diri

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan Sabda-Nya mengenai pengampunan. Pertobatan, tahu diri, dan pengampunan yang merupakan satu kesatuan utuh atas perilaku beriman. Kita tidak jarang mudah menuding, menyatakan diri sebagai baik-baik saja, pada pihak lain sebagai salah, sesat, dan berdosa. Mudah dan ringan, menghakimi diri dan orang lain sebagai yang berbeda, bertolak belakang.
Hari-hari ini kita juga menghadapi hal yang identik. Beberapa kelompok mabuk agama, dan memisahkan yang berbeda sebagai sesat, kafir, dan sampai menghalalkan darahnya. Pembunuhan atas yang berbeda dianggap sah-sah saja. Dikotomi yang seolah-olah mewakili otoritas Ilahiah, yang sayangnya itu sangat dominan dalam pembicaraan publik.
Hidup harian seolah-olah saleh, namun jauh dari nilai-nilai kebaikan dan kebenaran univeral. Ketika dibantah, diluruskan, dan diajak berpikir jernih, caci maki, ngotot, dan mengatakan menistakan agama. Agama seolah-olah adalah Allah, kadang malah menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dikehendaki Allah karena menafsirkan agama dengan membabi buta dan ngotot, karena memang kurang pemahaman dan pengetahuannya.
Ciri beriman yang mendalam adalah pengampunan. Menghakimi menjadi penghambat atas pengampunan. Mengapa? Orang jatuh pada pembenaran diri dan mencari kesalahan pada pihak lain. Susah mendapatkan kebenaran obyektif jika demikian. Kekuasaan dan  kebersamaan menjadi kekuatan untuk bisa mendapatkan legitimasi. Sendirian tidak berani. Ini khas model pendekatan kelompok ini.
Mengampuni perlu proses karena harus berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu. Susah jika pada diri sendiri saja menghakimi dengan begitu keras, apalagi dengan yang di luar diri. Perlu kebijaksanaan, menerima kesalahaan dan perbedaan dengan dewasa.
Memaafkan menjadi kunci untuk pada tahap mengampuni. Termasuk memaafkan diri sendiri. Pribadi yang mengulik kesalahan baik diri sendiri apalagi orang lain, sejatinya mempertontonkan jiwa kerdilnya sendiri. Hal ini yang patut disadari untuk diolah lebih lanjut. Sayang kadang kita abai karena banyak yang berperilaku sama.
Saudara terkasih, Tuhan memberikan pengampunan karena IA adalah kasih. Kasih karunia tidak menghakimi, namun mengampuni. Memberikan  harapan dan hidup lebih baik dikemudian hari. Tuhan tidak menyatakan bahwa perilaku salah sebagai benar, namun memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertindak lebih baik di kemudian hari. Ini berbeda. Jangan menyamakan perilaku dan kemanusiaan.
Kesempatan untuk memperbaiki diri dan hidup lebih baik itu menjadi penting. Manusia tidak ada yang sempurna perlu untuk dijadikan acauan sehingga tidak menjadi sombong dan merasa diri lebih baik. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar