Senin
Prapaskah Pekan V (U)
Dan.
13:41-62
Mzm.
23:1-3a,3b-4,5,6
Yoh.
8:1-11
Dan.
13:41-62
13:41 Ia tidak mau
memberitahu kami. Inilah kesaksian kami." Himpunan rakyat percaya akan
mereka, oleh karena mereka adalah orang tua-tua di antara rakyat dan hakim.
Lalu hukuman mati dijatuhkannya kepada Susana.
13:42 Maka berserulah Susana
dengan suara nyaring: "Allah yang kekal yang mengetahui apa yang
tersembunyi dan yang mengenal sesuatu sebelum terjadi,
13:43 Engkaupun tahu pula
bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati
meskipun tidak kulakukan sesuatupun dari apa yang mereka bohongi aku."
13:44 Maka Tuhan mendengarkan
suaranya.
13:45 Ketika Susana dibawa
keluar untuk dihabisi nyawanya, maka Allah membangkitkan roh suci dari seorang
anak muda, Daniel namanya.
13:46 Berserulah ia dengan
suara nyaring: "Aku ini tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!"
13:47 Maka segenap rakyat
berpaling kepada Daniel, katanya: "Apakah maksudnya yang kaukatakan
itu?"
13:48 Danielpun lalu berdiri
di tengah-tengah mereka, katanya: "Demikian bodohkah kamu, hai orang
Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa
bukti?
13:49 Kembalilah ke tempat
pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan
ini!"
13:50 Bergegas-gegas
kembalilah rakyat lalu orang-orang tua itu berkata kepada Daniel:
"Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahulah kami. Sebab
Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua."
13:51 Lalu kata Daniel kepada
orang-orang yang ada di situ: "Pisahkanlah mereka berdua itu jauh-jauh,
maka mereka akan kuperiksa."
13:52 Setelah mereka
dipisahkan satu sama lain maka Daniel memanggil seorang di antara mereka dan
berkata kepadanya: "Hai engkau, yang sudah beruban dalam kejahatan,
sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat
13:53 dengan menjatuhkan
keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan menghukum orang yang tidak bersalah
dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang
tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh.
13:54 Oleh sebab itu, jika
engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah
kaulihat mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu: "Di bawah pohon
mesui."
13:55 Kembali Daniel berkata:
"Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah sudah
menerima firman dari Allah untuk membelah engkau!"
13:56 Setelah orang itu
disuruh pergi Danielpun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian
berkatalah Daniel kepada orang itu: "Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan
Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu berahi telah
membengkokkan hatimu.
13:57 Kamu sudah biasa
berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel dan merekapun terpaksa menuruti
kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung
kefasikanmu!
13:58 Oleh sebab itu,
katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka
bercampur?" Sahut orang tua-tua itu: "Di bawah pohon berangan."
13:59 Kembali Daniel berkata:
"Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah
menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya
membinasakan kamu!"
13:60 Maka berseru-serulah
seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang
menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya.
13:61 Serentak mereka bangkit
melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut
mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka
diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya.
13:62 Sesuai dengan Taurat
Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang
tak bersalah.
Yoh.
8:1-11
8:1 tetapi Yesus pergi ke
bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada
lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar
mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat
zinah.
8:4 Mereka menempatkan
perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan
ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat
memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah
pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu
untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya.
Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka
terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada
mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang
pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula
dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka
mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang
tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap
di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit
berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak
adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak
ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau.
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Pengampunan
itu Kebijaksanaan dan Kualitas Diri
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan Sabda-Nya mengenai pengampunan. Pertobatan, tahu diri, dan
pengampunan yang merupakan satu kesatuan utuh atas perilaku beriman. Kita tidak
jarang mudah menuding, menyatakan diri sebagai baik-baik saja, pada pihak lain
sebagai salah, sesat, dan berdosa. Mudah dan ringan, menghakimi diri dan orang
lain sebagai yang berbeda, bertolak belakang.
Hari-hari ini kita juga menghadapi hal yang
identik. Beberapa kelompok mabuk agama, dan memisahkan yang berbeda sebagai
sesat, kafir, dan sampai menghalalkan darahnya. Pembunuhan atas yang berbeda
dianggap sah-sah saja. Dikotomi yang seolah-olah mewakili otoritas Ilahiah,
yang sayangnya itu sangat dominan dalam pembicaraan publik.
Hidup harian seolah-olah saleh, namun jauh dari
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran univeral. Ketika dibantah, diluruskan, dan
diajak berpikir jernih, caci maki, ngotot, dan mengatakan menistakan agama. Agama
seolah-olah adalah Allah, kadang malah menjauhkan diri dari sifat-sifat yang
dikehendaki Allah karena menafsirkan agama dengan membabi buta dan ngotot,
karena memang kurang pemahaman dan pengetahuannya.
Ciri beriman yang mendalam adalah pengampunan. Menghakimi
menjadi penghambat atas pengampunan. Mengapa? Orang jatuh pada pembenaran diri
dan mencari kesalahan pada pihak lain. Susah mendapatkan kebenaran obyektif
jika demikian. Kekuasaan dan kebersamaan
menjadi kekuatan untuk bisa mendapatkan legitimasi. Sendirian tidak berani. Ini
khas model pendekatan kelompok ini.
Mengampuni perlu proses karena harus berdamai
dengan diri sendiri terlebih dahulu. Susah jika pada diri sendiri saja
menghakimi dengan begitu keras, apalagi dengan yang di luar diri. Perlu kebijaksanaan,
menerima kesalahaan dan perbedaan dengan dewasa.
Memaafkan menjadi kunci untuk pada tahap
mengampuni. Termasuk memaafkan diri sendiri. Pribadi yang mengulik kesalahan
baik diri sendiri apalagi orang lain, sejatinya mempertontonkan jiwa kerdilnya
sendiri. Hal ini yang patut disadari untuk diolah lebih lanjut. Sayang kadang
kita abai karena banyak yang berperilaku sama.
Saudara terkasih, Tuhan memberikan pengampunan
karena IA adalah kasih. Kasih karunia tidak menghakimi, namun mengampuni. Memberikan
harapan dan hidup lebih baik dikemudian
hari. Tuhan tidak menyatakan bahwa perilaku salah sebagai benar, namun
memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertindak lebih baik di kemudian
hari. Ini berbeda. Jangan menyamakan perilaku dan kemanusiaan.
Kesempatan untuk memperbaiki diri dan hidup lebih
baik itu menjadi penting. Manusia tidak ada yang sempurna perlu untuk dijadikan
acauan sehingga tidak menjadi sombong dan merasa diri lebih baik. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar