Jumat, 27 Maret 2020

Konsistensi di Dalam Kebenaran


Jumat Prapaskah Pekan IV (U)
Keb. 2: 1, 12-22
Mzm. 34:17-18,19-20,21,23
Yoh. 7:1-2,10,25-30




Keb. 2: 1, 12-22

2:1 Karena angan-angannya tidak tepat maka berkatalah mereka satu sama lain: "Pendek dan menyedihkan hidup kita ini, dan pada akhir hidup manusia tidak ada obat mujarab; seseorang yang kembali dari dunia orang mati tidak dikenal.
2:12 Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.
2:13 Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan.
2:14 Bagi kita ia merupakan celaan atas anggapan kita, hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi kita.
2:15 Sebab hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya.
2:16 Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya. Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa bapanya ialah Allah.
2:17 Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang.
2:18 Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya.
2:19 Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya.
2:20 Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan."
2:21 Demikianlah mereka berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan mereka.
2:22 Maka mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni.

Yoh. 7:1-2,10,25-30

7:1 Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
7:2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
7:10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
7:25 Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?
7:26 Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus?
7:27 Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya."
7:28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.
7:29 Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
7:30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba



Konsistensi di Dalam Kebenaran

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan betapa berat perjuangan Yesus, bahkan di tengah keluarga dan sanak saudara mereka. Penolakan, bahkan kematian setiap saat mengintai. Padahal apa yang disampaikan apa salah? Bagi yang sudah nyaman, memiliki kekuasaan, mampu menjadi orang yang memiliki pengaruh, dari sana mendapatkan keuntungan, keberadaan Yesus itu mengganggu.
Tantangan dan bahkan tentangan itu karena terganggungnya kepentingan. Masyarakat biasa tidak terpengaruh sebenarnya. Mereka bahkan merasa memiliki harapan, senang akan pengajaran Yesus yang memberikan perhatian kepada mereka. Provokasi pihak-pihak yang merasa tersindir, cemas kalau lahan mereka terpenggal karena keberadaan Yesus yang lebih menjanjikan dan menyenangkan.
Hari-hari ini, kita sebagai bangsa juga sebenarnya merasakan hal yang sama. Bagaimana negara yang baik-baik saja, sedang dalam laju pembangunan yang baik. Namun banyak godaan, aneka tantangan yang diberikan oleh orang-orang yang terganggu kepentingannya selama ini leluasa dalam banyak aspek kehidupan. Ada yang menguasai tambang demi diri dan keluarga, kini mau dikelola negara. Siapa yang rela coba. Biasa kaya raya atas milik negara.
Rakyat senang dengan cara bernegara yang seperti ini, tetapi banyak pihak yang enggan untuk tertib hidup bersama. Kepentingan menjadi kata kunci atas penolakan gaya hidup baru. Identik dengan apa yang terjadi era Yesus. Tawaran kasih itu ditolak karena orang dipaksa untuk takut dan tergantung pada otoritas agama yang tidak kalah sadisnya dengan penjajah.
Saudara terkasih, kita layak belajar dari cara Yesus berkarya. IA tidak melawan arus, ketika memang keadaan tidak mendukungnya dengan penerimaan, toh Yesus memilih menyingkir. Hari ini kita merenungkan itu, bahkan hingga dua, tiga kali pengulangan. Berarti ini adalah  hal penting. Tuhan tidak mau mati sia-sia, tanpa menjalankan perutusan Allah.
Konsistensi di dalam membela dan memperjuangkan kebenaran namun juga memikirkan atas tujuan. Yesus sangat mungkin membungkam para penolak-Nya, namun itu bukan bagian atas perutusan yang IA jalani. Di sinilah kita harus belajar untuk mampu menjadi pribadi yang lepas bebas. Termasuk bebas keterikatan akan kebenaran itu sendiri. Jika demikian malah abai akan siapa yang mengutus. Kita melakukan apa yang kita yakini sendiri. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar