Jumat
Prapaskah Pekan IV (U)
Keb.
2: 1, 12-22
Mzm.
34:17-18,19-20,21,23
Yoh.
7:1-2,10,25-30
Keb.
2: 1, 12-22
2:1 Karena angan-angannya
tidak tepat maka berkatalah mereka satu sama lain: "Pendek dan menyedihkan
hidup kita ini, dan pada akhir hidup manusia tidak ada obat mujarab; seseorang
yang kembali dari dunia orang mati tidak dikenal.
2:12 Marilah kita menghadang
orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan
kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita
dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.
2:13 Ia membanggakan
mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan.
2:14 Bagi kita ia merupakan
celaan atas anggapan kita, hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi
kita.
2:15 Sebab hidupnya sungguh
berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya.
2:16 Kita dianggap olehnya
sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah
najis adanya. Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah
bahwa bapanya ialah Allah.
2:17 Coba kita lihat apakah
perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang.
2:18 Jika orang yang benar
itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari
tangan para lawannya.
2:19 Mari, kita mencobainya
dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji
kesabaran hatinya.
2:20 Hendaklah kita menjatuhkan
hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat
pertolongan."
2:21 Demikianlah mereka
berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan
mereka.
2:22 Maka mereka tidak tahu
akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak
menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni.
Yoh.
7:1-2,10,25-30
7:1 Sesudah itu Yesus
berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di
sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
7:2 Ketika itu sudah dekat
hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
7:10 Tetapi sesudah
saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak
terang-terangan tetapi diam-diam.
7:25 Beberapa orang Yerusalem
berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?
7:26 Dan lihatlah, Ia
berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya.
Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus?
7:27 Tetapi tentang orang ini
kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang
pun yang tahu dari mana asal-Nya."
7:28 Waktu Yesus mengajar di
Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana
asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus
oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.
7:29 Aku kenal Dia, sebab Aku
datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
7:30 Mereka berusaha
menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya
belum tiba
Konsistensi
di Dalam Kebenaran
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan betapa berat perjuangan Yesus, bahkan di tengah keluarga dan
sanak saudara mereka. Penolakan, bahkan kematian setiap saat mengintai. Padahal
apa yang disampaikan apa salah? Bagi yang sudah nyaman, memiliki kekuasaan,
mampu menjadi orang yang memiliki pengaruh, dari sana mendapatkan keuntungan,
keberadaan Yesus itu mengganggu.
Tantangan dan bahkan tentangan itu karena
terganggungnya kepentingan. Masyarakat biasa tidak terpengaruh sebenarnya. Mereka
bahkan merasa memiliki harapan, senang akan pengajaran Yesus yang memberikan
perhatian kepada mereka. Provokasi pihak-pihak yang merasa tersindir, cemas
kalau lahan mereka terpenggal karena keberadaan Yesus yang lebih menjanjikan
dan menyenangkan.
Hari-hari ini, kita sebagai bangsa juga sebenarnya
merasakan hal yang sama. Bagaimana negara yang baik-baik saja, sedang dalam
laju pembangunan yang baik. Namun banyak godaan, aneka tantangan yang diberikan
oleh orang-orang yang terganggu kepentingannya selama ini leluasa dalam banyak
aspek kehidupan. Ada yang menguasai tambang demi diri dan keluarga, kini mau
dikelola negara. Siapa yang rela coba. Biasa kaya raya atas milik negara.
Rakyat senang dengan cara bernegara yang seperti
ini, tetapi banyak pihak yang enggan untuk tertib hidup bersama. Kepentingan
menjadi kata kunci atas penolakan gaya hidup baru. Identik dengan apa yang
terjadi era Yesus. Tawaran kasih itu ditolak karena orang dipaksa untuk takut
dan tergantung pada otoritas agama yang tidak kalah sadisnya dengan penjajah.
Saudara terkasih, kita layak belajar dari cara
Yesus berkarya. IA tidak melawan arus, ketika memang keadaan tidak mendukungnya
dengan penerimaan, toh Yesus memilih menyingkir. Hari ini kita merenungkan itu,
bahkan hingga dua, tiga kali pengulangan. Berarti ini adalah hal penting. Tuhan tidak mau mati sia-sia,
tanpa menjalankan perutusan Allah.
Konsistensi di dalam membela dan memperjuangkan
kebenaran namun juga memikirkan atas tujuan. Yesus sangat mungkin membungkam
para penolak-Nya, namun itu bukan bagian atas perutusan yang IA jalani. Di sinilah
kita harus belajar untuk mampu menjadi pribadi yang lepas bebas. Termasuk bebas
keterikatan akan kebenaran itu sendiri. Jika demikian malah abai akan siapa
yang mengutus. Kita melakukan apa yang kita yakini sendiri. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar