Rabu, 04 Maret 2020

Mukjizat itu Pertobatan dan Menghargai Kemanusiaan


Rabu Pekan Prapaskah I (U)
Yun. 3:1-10
Mzm.51:3-4,12-13,18-19
Luk. 11:29-32



Yun. 3:1-10

3:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
3:4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
3:5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
3:6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
3:7 Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
3:8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
3:9 Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."
3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.


Luk. 11:29-32

11:29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
11:31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!


Mukjizat itu Pertobatan dan Menghargai Kemanusiaan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai tanda dan pertobatan. Orang sangat mungkin, biasa, dan lebih mengedepankan tanda-tanda, namun abai akan isi yang sangat bermakna. Dalam hidup sehari-hari kita sering menyaksikan, atau malah jadi pelaku, bagaimana lebih membanggakan salib yang kita kenakan, bisa liontin, atau kaos bergambar atau tulisan rohani. Namun kualitas dari yang tanda itu masih jauh dari sana.
Bermedia sosial sering menampilkan status, tulisan, gambar kesucian, kesalehan, atau hal-hal rohani lain, tetapi marah, mencaci, memaki, atau mendeskreditikan pihak lain juga melaju dengan biasa saja. Seolah normal-normal, tanpa merasa risih dengan tampilannya. Hal-hal itu menjadi seolah baik-baik saja. Tidak merasa bersalah ketika apa yang diperlihatkan dan apa yang terjadi itu bertolak belakang.
Tuhan hari ini memberikan jawaban ketika orang-orang meminta tanda sebagaimana dilakukan Nabi Yunus. Jawaban Tuhan, jelas, lugas, dan terus terang, bagaimana IA menolak untuk memberikan tanda itu. kehadiran-Nya jauh lebih sekadar tanda. Mengapa mereka tidak paham? Karena mereka abai akan pengenalan Jati Diri Yesus. Mereka asyik dengan tampilan, tanda-tanda, sehingga lupa dengan yang esensial. Mereka menghendaki mukjizat, padahal kehadiran Tuhan dengan kasih karunia yang berlimpah itu jauh  melebihi apa yang mereka harapkan.
Pertobatan. Mereka diajak untuk bertobat, sehingga nurani mereka menjadi lebih jernih, bening, dan mampu melihat apapun yang dilakukan Tuhan itu dengan kaca mata baru. Menyaksikan Tuhan dengan paradigma baru, tidak semata memakai asumsi pribadi sebagai acuan. Mereka tidak mau tahu siapa Yesus karena mereka sudah iri terlebih dahulu. Bias ini dari mereka, bukan berasal dari Yesus. Perubahan dari pihak mereka terlebih dahulu.
Kemanusiaan. Menjadi lebih penting, ketika orang mau menghargai pihak lain. dapat kita saksikan kehidupan bersama kita, bagaimana orang hiruk pikuk dengan keakuan, mengabaikan kemanusiaan. Orang lain hanya semata sebagai obyek, bukan subyek yang setara.  Padahal pada sisi yang berbeda mereka demikian getol berbicara seolah Tuhan menjadi rujukan mereka.
Apa yang perlu kita renungkan adalah, bagaimana mukjizat itu selalu hadir, ada, dan datang setiap saat. Hanya saja, karena hati kita yang belum berubah membuat itu semua tidak tampak. Tiada berguna adanya mukjizat, perbuatan Tuhan yang luar biasa, jika kita mengabaikan dan melupakan kemanusiaan kita. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar