Kamis, 26 Maret 2020

Kabar Suka Cita


HARI RAYA KABAR SUKACITA (P)
Yes. 7:10-14:8:10
Mzm. 40:7-81,8b-9,10,11
Ibr. 10:4-10
Luk. 1:26-38




Yes. 7:10-14:8:10

7:10 TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya:
7:11 "Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas."
7:12 Tetapi Ahas menjawab: "Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN."
7:13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
7:14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel
8:10 Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami!

Ibr. 10:4-10

10:4 Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --.
10:6 Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
10:7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
10:8 Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
10:9 Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.
10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus


Luk. 1:26-38

1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.



Kabar Suka Cita

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merayakan Hari Raya Suka Cita, di mana Bunda Maria menerima kabar bahagia. Kabar keselamatan, karya Allah yang hadir di tengah dunia untuk menyatukan anak-anak-Nya yang tersesat. Beberapa hal yang patut kita renungkan lebih dalam adalah:
Pertama. Kita sedang mengalami pandemi. Kabar yang ada simpang siur. Toh banyak harapan baik, kesembuhan dan banyaknya  harapan baik, sering tidak didengar. Orang lebih suka menerima kabar buruk. Dalam media ada adagium, berita buruk adalah  kabar baik. Di mana berita yang buruk-buruk itu menyenangkan bagi banyak orang.
Tidak heran, ketika ada yang sembuh malah dicurigai. Ada rekayasa dan sebagainya. Ada keanehan dalam pola pikir dunia ini. Dan itu semua adalah fakta yang ada.
Kedua. Suka cita itu belum tentu dipahami dengan baik, sehingga menimbulkan keraguan. Maria jelas ragu karena apa yang akan ia alami adalah hal yang di luar nalar dan pemahaman manusiawinya. Hal yang sangat wajar dan manusiawi tentu saja. Mempertanyakan kepada malaikat utusan.
Ketiga, adanya ruang dialog antara  Maria dan malaikat. Dan titik temu diskusi  itu yang menjadi titik penting, di mana Maria memilih taat. Kebebasan manusiawi dijamin Allah, Maria bisa menolak, namun imannya membantunya memilih dengan tepat. Bayangkan jika Maria menolak.
Keempat, kebebasan manusiawi tidak pernah dihilangkan oleh Allah. Arogansi tidak menjadi gaya hidup Allah. Kasih Allah itu membebaskan, bukan membelenggu. Jika Allah itu memaksakan kehendak, langsung saja mengutus Putera-Nya, dan apa yang terjadi? Ya kacau. Allah tidak demikian.
Kelima, sapaan Allah, kasih karunia-Nya selalu hadir, mengajak anak-anak-Nya kembali. Meskipun ditolak berkali-kali, tetap saja IA hadir kembali. Kali ini melalui Putera-Nya sendiri.
Kasih karunia Allah hadir untuk membawa kita kembali bersatu dengan-Nya. Tuhan Allah tidak menghendaki bahwa manusia terpisah dengan kasih karunia-Nya yang tidak terbatas itu. Inilah sumber suka cita itu.
Bagaimana tidak bersuka cita, jika kembali dalam pangkuan Bapa Allah di surga bahagia. Tidak lagi takut akan maut yang memisahkan dengan Cinta Sejati, Allah Bapa kita. BD.eLeSHa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar