Minggu, 17 April 2016

Aku dan Bapa adalah Satu

HARI MINGGU PASKAH IV (P)
Kis. 13:14,43-52
Mzm. 100:2,3,5
Why. 7:9,14b-17
Yoh. 10:27-30


Kis. 13:14,43-52

13:14 Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.
13:43 Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah.
13:44 Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah.
13:45 Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus.
13:46 Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
13:47 Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi."
13:48 Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.
13:49 Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu.
13:50 Orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu, dan mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu.
13:51 Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium.
13:52 Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.


Why. 7:9,14b-17

7:9 Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
7:14b "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
7:15 Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
7:16 Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
7:17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Yoh. 10:27-30

10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
10:30 Aku dan Bapa adalah satu.


Aku dan Bapa adalah Satu

Saudara terkasih, hidup di dalam Tuhan berarti bahwa kita memiliki hidup yang baru. Setiap saat adalah baru, tidak pernah mengulangi yang sudah-sudah. Bagaimana kita mengawali hari baru dengan menyadari sebagai hidup baru? Atau malah memikirkan akan sama dengan kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi? Kesadaran dan kemauan untuk memiliki anugerah Tuhan.
Kita menyaksikan banyak pejabat atau pemimpin negeri ini mengajak untuk menuju hidup yang baru. Hidup yang lebih baik, lebih tertib hukum, taat aturan dan azas, namun apa yang terjadi? Manusia lebih memilih menolak dan menjauhi pemimpin model demikian. tidak ada gairah untuk hidup baru.
Saudara terkasih, jika hidup demikian, bagaimana kita mengaku sebagai pengikut Tuhan? Kita dengan mulut, dengan otak mengatakan bahwa telah hidup baru, namun dalam hidup sama sekali belum mau beranjak dan pola-pola lama masih dipakai. Pakaian diganti namun isinya masih sama.

Pakah kita mau tetap begitu saja dan nyaman dengan hidup amburadul selama ini? Jika  memilih iya, buat apa Tuhan mengirbankan diri di salib? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar