Pw. S.
Fransiskus dr Asisi (P)
Neh. 2:1-8
Mzm.
137:1-2,3,4-5
Luk.
9:57-62
Neh. 2:1-8
2:1 Pada bulan Nisan tahun kedua puluh pemerintahan raja
Artahsasta, ketika menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat
anggur dan menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang
belum pernah terjadi di hadapan raja,
2:2 bertanyalah ia kepadaku: "Mengapa mukamu muram, walaupun
engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati." Lalu aku menjadi sangat
takut.
2:3 Jawabku kepada raja: "Hiduplah raja untuk selamanya!
Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku,
telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?"
2:4 Lalu kata raja kepadaku: "Jadi, apa yang kauinginkan?"
Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit,
2:5 kemudian jawabku kepada raja: "Jika raja menganggap baik
dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek
moyangku, supaya aku membangunnya kembali."
2:6 Lalu bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di
sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau
kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu
jangka waktu kepadanya.
2:7 Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik,
berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat,
supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda.
2:8 Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia
memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di
benteng Bait Suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami."
Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah
melindungi aku.
Luk.
9:57-62
9:57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan
mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan
mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
9:58 Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan
burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepala-Nya."
9:59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!"
Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan
bapaku."
9:60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati
menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah
di mana-mana."
9:61 Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut
Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku."
9:62 Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk
membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."
Santo Fransiskus Asisi, Pengaku Iman
Giovanni
Francesco Bernardone lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah
pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya
raya; sedang ibunya Yohana Dona Pica, seorang puteri bangsawan picardia,
Prancis. Ia dipermandikan dengan nama 'Giovanni Francesco Bernardone' tetapi
kemudian lebih dikenal dengan nama 'Francesco' karena kemahirannya berbahasa
Prancis yang diajarkan ibunya.
la
sangat dimanjakan ayahnya sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka
berfoya-foya dan pemboros. Pada umur 20 tahun ia bersama teman-temannya
terlibat sebagai prajurit dalam perang saudara antara Asisi dan Perugia. Dalam
pertempuran itu ia ditangkap dan dipenjarakan selama 1 tahun hingga jatuh sakit
setelah dibebaskan. Pengalaman pahit itu menandai awal hidupnya yang baru. Ia
tidak tertarik lagi dengan usaha dagang ayahnya dan corak hidup mewahnya
dahulu. Sebaliknya ia lebih tertarik pada corak hidup sederhana dan miskin
sambil lebih banyak meluangkan waktunya untuk berdoa di gereja, mengunjungi
orang-orang di penjara dan melayani orang-orang miskin dan sakit. Sungguh suatu
keputusan pribadi yang datang di luar bayangan orang sedaerahnya dan
orangtuanya.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja San Damian di luar kota Asisi, ia mendengar suatu suara keluar dari Salib Yesus: "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh ini!" Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Segera ia lari ke rumah. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya lalu menjual kain-kain itu. Uang basil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian untuk membiayai perbaikan gereja itu. Tetapi pastor menolak pemberiannya itu.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja San Damian di luar kota Asisi, ia mendengar suatu suara keluar dari Salib Yesus: "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh ini!" Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Segera ia lari ke rumah. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya lalu menjual kain-kain itu. Uang basil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian untuk membiayai perbaikan gereja itu. Tetapi pastor menolak pemberiannya itu.
Ayahnya
marah besar lalu memukul dan menguncinya di dalam sebuah kamar. Ibunya jatuh
kasihan lalu membebaskan dia dari kurungan itu. Setelah dibebaskan ibunya, ia
kembali ke gereja San Damian. Ayahnya mengikuti dia ke sana, memukulnya sambil
memaksanya mengembalikan uang hasil penjualan kain itu. Dengan tenang ia
mengatakan bahwa uang itu sudah diberikan kepada orang-orang miskin. Ia juga
tidak mau kembali lagi ke rumah meskipun ayahnya menyeret pulang. Ayahnya tidak
berdaya lalu meminta bantuan Uskup Asisi untuk membujuk Fransiskus agar
mengembalikan uang itu. Fransiskus patuh pada Uskup. Di hadapan Uskup Asisi, ia
melucuti pakaian yang dikenakannya sambil mengatakan bahwa pakaian-pakaian itu
pun milik ayahnya. Dan semenjak itu hanya Tuhan-lah yang menjadi ayahnya. Sang
Uskup memberikan kepadanya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang. Inilah
pakaian para gembala domba dari Umbria, yang kemudian menjadi pakaian para
biarawan Fransiskus.
Fransiskus
tidak kecut apalagi sedih hati dengan semua yang terjadi atas dirinya. Ia
bahkan dengan bangga berkata: "Nah, sekarang barulah aku dapat berdoa
sungguh-sungguh "Bapa kami yang ada di surga." Dan semenjak itu Sabda
Yesus "Barangsiapa yang mau mengikuti Aku, ia harus menjual segala harta
kekayaannya dan membagikannya kepada orang miskin" menjadi dasar hidupnya
yang baru. Sehari-harian ia mengemis sambil berkotbah kepada orang-orang yang
ada di sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang-orang miskin dan penderita
lepra dengan uang yang diperolehnya setiap hari. Ia sendiri hidup miskin. Kalau
ia berbicara tentang nasehat-nasehat Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu
cinta yang populer dan bahasa-bahasa puitis. Ia sendiri rajin menyusun
puisi-puisi dan selalu membacakannya keraskeras kalau ia berjalan jalan.
la
disebut orang sekitar dengan nama "Poverello" (=Lelaki miskin). Cara
hidupnya, yang miskin tetapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang
miskin dan sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang
bergabung bersamanya: Bernardus Guantevale, seorang pedagang kaya; Petrus
Katana, seorang pegawai, dan Giles, seorang yang sederhana dan bijak. Harta
benda mereka dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang-orang sakit. Bersama
derigan tiga orang itu, Fransiskus membentuk sebuah komunitas persaudaraan yang
kemudian berkembang menjadi sebuah ordo yaitu "Ordo Saudara-saudara
Dina", atau "Ordo Fransiskan." Tak ketinggalan wanita-wanita.
Klara, seorang gadis Asisi meninggalkan rumahnya dan bergabung juga bersamanya.
Bagi Klara dan kawan-kawannya, Fransiskus mendirikan sebuah perkumpulan khusus.
Itulah awal dari Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua
Fransiskan.
Fransiskus
ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. Ia
tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Lebih dari orang-orang lain, Fransiskus
berusaha hidup menyerupai Kristus. Ia. menekankan kemiskinan absolut bagi para
pengikutnya waktu itu. Sebagai tambahan pada kaul kemiskinan, kemurnian dan
ketaatan, ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan, dan
kesederhanaan hidup. Ordo Benediktin yang sudah lama berdiri memberi mereka
sebidang tanah. Demi sahnya komunitas yang dibentuknya, dan aturan hidup yang
disusunnya, ia berangkat ke Roma pada tahun 1210 untuk meminta restu dari Sri
Paus Innosensius III (1198-1216). Mulanya Sri Paus menolak. Tetapi pada suatu
malam dalam mimpinya, Paus melihat tembuk-tembok Basilik Santo Yohanes Lateran
berguncang dan Fransiskus sendiri menopangnya dengan bahunya. Pada waktu pagi,
Paus langsung memberikan restu kepada Fransiskus tanpa banyak bicara.
Lagi-lagi
Ordo Benediktin menunjukkan perhatiannya kepada Fransiskus dan kawan-kawannya.
Kapela Maria Ratu para Malaekat di Portiuncula, milik para rahib Benediktin,
kira-kira dua mil jauhnya dari kota Asisi, diserahkan kepada Fransiskus oleh
Abbas Ordo Benediktin. Fransiskus gembira sekali. Ia mulai mendirikan
pondok-pondok kecil dari kayu di sekitar kapela itu sebagai tempat tinggal
mereka yang pertama. Kemudian Chiusi, seorang tuan tanah di daerah itu,
memberikan kepadanya sebidang tanah di atas bukit La Verna, di bilangan
bukit-bukit Tuscan. La Verna kemudian dijadikannya sebagai tempat berdoa dan
bermeditasi. Semangat kerasulannya mulai membara dari hari ke hari. Dalam
hatinya mulai tumbuh keinginan besar untuk mempertobatkan orangorang Muslim di
belahan dunia Timur. Ia mulai menyusun rencana perjalanan ke Timur. Pada musim
gugur tahun 1212, ia bersama seorang kawannya berangkat ke Syria. Tetapi nasib
sial menghadang mereka di pertengahan jalan. Kapal yang mereka tumpangi karam
dan mereka terpaksa kembali lagi ke Italia. Tetapi ia tidak putus asa. Ia
mencoba lagi dan kali ini ia mau pergi ke Maroko melalui Spanyol. Tetapi sekali
lagi niatnya tidak bisa terlaksana karena ia jatuh sakit. Pada bulan Juni 1219,
ia sekali lagi berangkat ke belahan dunia Timur bersama 12 orang temannya.
Mereka mendarat di Damaieta, delta sungai Nil, Mesir. Di sana mereka
menggabungkan diri dengan pasukan Perang Salib yang berkemah di sana. Nasib
sial menimpa dirinya lagi. Ia ditawan oleh Sultan Mesir. Saat itu menjadi suatu
peluang baik baginya untuk berbicara dengan Sultan Islam itu. Sebagai tawanan
ia minta izin untuk berbicara dengan Sultan Mesir. Ia. berharap dengan
pertemuan dan pembicaraan dengan Sultan, ia dapat mempertobatkannya. Sultan
menerima dia dengan baik sesuai adat sopan santun ketimuran. Namun pertemuan
itu sia-sia saja. Sultan tidak bertobat dan menyuruhnya pulang kepada
teman-temannya di perkemahan setelah mendengarkan kotbahnya.
Setelah
beberapa lama berada di Tanah Suci, Fransiskus dipanggil pulang oleh
komunitasnya. Selama beberapa tahun, ia berusaha menyempurnakan aturan hidup
komunitasnya. Selain itu ia mendirikan lagi Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini
dikhususkan bagi umat awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya sambil
tetap mengemban tugas sebagai bapa-ibu keluarga atau tugas-tugas lain di dalam
masyarakat. Para anggotanya diwajibkan juga untuk mengikrarkan kaul kemiskinan
dan kesucian hidup. Kelompok ini lazim disebut kelompok "Tertier".
Tugas pokok mereka ialah melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga
dan masyarakat dan mengikuti cara hidup Fransiskan tanpa menarik diri dari
dunia.
Ordo
Fransiskan ini berkembang dengan pesat dan menakjubkan. Dalam waktu relatif
singkat komunitas Fransiskan bertambah banyak jumlahnya di Italia, Spanyol,
Jerman dan Hungaria. Pada tahun 1219 anggotanya sudah 5000 orang. Melirlat
perkembangan yang menggembirakan ini maka pada tahun 1222, Paus Honorius III
(1216-1227) secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan
hidupnya. Pada tahun 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah Greccio.
Upacara malam Natal diselenggarakan di luar gereja. Dia rnenghidupkan kembali.
gua Betlehem dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan kepada
Kanak-kanak Yesus yang sudah menjadi suatu kebiasaan Gereja dipopulerkan oleh
Fransiskus bersama para pengikutnya.
Pada
umur 43 tahun ketika sedang. berdoa di bukit La Verna sekonyong-konyong terasa
sakit di badannya dan muncul di kaki dan tangan serta lambungnya luka-luka yang
sama seperti luka-luka Yesus. Itulah 'stigmata' Fransiskus. Luka-luka itu tidak
pernah hilang seliingga menjadi sumber rasa sakit dan kelemahan tubuhnya.
Semenjak peristiwa ajaib itu, Fransiskus mulai mengenakan sepatu dan mulai
menyembunyikan tangan-tangannya di balik jubahnya.
Fransiskus dikagumi orang-orang sezamannya bahkan hingga kini karena berbagai karunia luar biasa yang dimilikinya. Ia dijuluki "Sahabat alam semesta" karena cintanya yang besar dan dalam terhadap alam ciptaan Tuhan. Semua ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan keagunganNya. Seluruh alam raya beserta isinya benar-benar berdamai dengan Fransiskus. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia. Semua disapanya sebagai 'saudara': saudara matahari, saudari bulan, saudara burung-burung, dll. Ia benar-benar menjadi sahabat alam dan binatang.
Fransiskus dikagumi orang-orang sezamannya bahkan hingga kini karena berbagai karunia luar biasa yang dimilikinya. Ia dijuluki "Sahabat alam semesta" karena cintanya yang besar dan dalam terhadap alam ciptaan Tuhan. Semua ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan keagunganNya. Seluruh alam raya beserta isinya benar-benar berdamai dengan Fransiskus. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia. Semua disapanya sebagai 'saudara': saudara matahari, saudari bulan, saudara burung-burung, dll. Ia benar-benar menjadi sahabat alam dan binatang.
Lama
kelamaan kesehatannya semakin menurun dan pandangan matanya mulai kabur. Dalam
kondisi itu, ia menyusun karyanya yang besar "Gita Sang Surya." Salah
satu kidung di dalamnya, yang melukiskan tentang 'keindahan saling mengampuni'
dipakainya untuk mendamaikan Uskup dengan Penguasa Asisi yang sedang bertikai.
Ia diminta untuk mendamaikan keduanya. Untuk itu ia menganjurkan agar
perdamaian itu dilakukan di halaman istana uskup bersama beberapa imam dan
pegawai kota. Ia sendiri tidak ikut serta dalam pertemuan perdamaian itu. Namun
ia mengutus dua orang rekannya ke sana dengan instruksi untuk menyanyikan lagu
"Gita Sang Surya", yang telah ia tambahi dengan satu bagian tentang
'keindahan saling mengampuni'. Ketika mendengar nyanyian yang dibawakan dengan
begitu indah oleh dua orang biarawan Fransiskan itu, Uskup dan Penguasa Asisi
itu langsung berdamai tanpa banyak bicara.
Menjelang
tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengundurkan diri. Sebab, di antara
saudara-saudarariya seordo terjadilah selisihpaham mengenai penghayatan hidup
miskin seperti yang diointai dan dihayatinya sendiri. Pada tanggal 3 Oktober
1226 dalam umur 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia di kapela Portiuncula. Dua
tahun berikutnya, ia langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja.
Fransiskus
adalah orang kudus besar yang dikagumi Gereja dan seluruh umat hingga kini.
Kebesarannya terletak pada dua hal berikut: kegembiraannya dalam hidup yang
sederhana, menderita lapar dan sakit, dan pada cintanya yang merangkul seluruh
ciptaan. Ketika Gereja menjadi lemah dan sakit karena lebih tergiur dengan
kekayaan dan kekuasaan duniawi, Fransiskus menunjukkan kembali kekayaan iman
Kristen dengan menghayati sungguh-sungguh nasehat-nasehat dan cita-cita Injil
yang asli: kerendahan hati, kemiskinan dan cinta! www.imankatolik.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar