Selasa
Pekan Biasa XXVI (H)
Za.
8:20-23
Mzm.
87:1-3,4-5,6-7
Luk.
9:51-56
Za.
8:20-23
8:20 Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Masih akan datang
lagi bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota.
8:21 Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota
yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan
mencari TUHAN semesta alam! Kami pun akan pergi!
8:22 Jadi banyak bangsa dan suku-suku bangsa yang kuat akan datang
mencari TUHAN semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati TUHAN."
8:23 Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Pada waktu itu
sepuluh orang dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat
punca jubah seorang Yahudi dengan berkata: Kami mau pergi menyertai kamu, sebab
telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!"
Luk.
9:51-56
9:51 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia
mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,
9:52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu
pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala
sesuatu bagi-Nya.
9:53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena
perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
9:54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal
itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api
turun dari langit untuk membinasakan mereka?"
9:55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
9:56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Penolakan
dan Sikap Positifnya
Saudara terkasih, penolakan ternyata bagian
utuh atas karya Yesus. Sejak awal, kelahiran-Nya pun Ia ditolak. Wal berkarya
Ia mengalami yang sama, pewartaan di kampung halaman-Nya sendiri mengalami
keadaan yang tidak berbeda. Kali ini, sedang hendak lewat, hanya lewat, karena
mau menuju Yerusalem, perkampungan Samaria, mereka menolaknya.
Tawaran murid-Nya untuk menyelesaikan hambatan
dengan instan mendapatkan tanggapan yang berbeda dari Yesus. Gampang dan mudah
sering menjadi pilihan bagi kita. Demikian pun para murid. Kekuatan, kekuasaan,
dan fasilitas sering menjadi sarana untuk memudahkan persoalan. Yesus memilih
cara yang berbeda. Bagaimana Ia bisa mengajarkan kebenaran jika Ia sendiri
tidak memberikan kasih dengan konsekuensi Ia dan para pengikuti-Nya harus
memutar jalan. Hal ini yang tidak disukai oleh para murid dan kita. Mengapa jika
ada yang mudah mencari yang sulit, namun apakah itu bukan menjadi batu
sandungan bagi Yesus sendiri? Bisa dibayangkan bagaimana jika Yesus oleh para
murid-Nya itu membuat desa itu terbakar habis? Apa bedanya Yesus dengan para
penguasa dunia bukan?
Saudara terkasih, Yesus mengajarkan kepada
kita mengenai berpikir panjang, memikirkan segala konsekuensi, dan apa yang
perlu dan tidak. Emosional, berpikir pendek dan prakmatis, serta hanya
memikirkan diri sendiri sebagaimana diwakili para murid jauh lebih menjadi gaya
hidup kita. Sabar untuk mengalah serta mau mencari cara atau jalan lain sering
tidak kita sukai karena menimbulkan kesusahan. Nilai apa yang terkandung sering
menjadi terbaikan karena memikirkan lebih mudah dan menampilkan citra kuasa. Berbahagialah
kita yang memiliki Tuhan yang begitu peduli, begitu penuh belas kasihan, dan
mau repot untuk hal yang lebih baik. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar