Pw. SP
Maria, Ratu Rosario (P)
Bar.
4:5-12,27-19
Mzm.
69:33-35,36-37
Luk.
10:17-24
Bar.
4:5-12,27-19
4:5 Kuatkanlah hatimu, hai bangsaku, yang membawa nama Israel!
4:6 Kamu telah dijual kepada bangsa-bangsa lain, tetapi tidak
untuk dibinasakan. Karena telah memurkakan Allah maka kamu diserahkan kepada
para lawan.
4:7 Sebab Pembuatmu telah kamu marahkan, dengan mempersembahkan
korban kepada setan, bukannya kepada Allah.
4:8 Pengasuhmu telah kamu lupakan, yakni Allah kekal, dan hati
Yerusalem, dayahmupun telah kamu dukakan.
4:9 Melihat kemurkaan Allah mendatangi diri kamu maka Yerusalem
berkata: "Dengarlah, hai sekalian tetangga Sion! Allah telah mengirim
kepadaku kesedihan besar."
4:10 Sebab anak-anakku yang laki-laki dan perempuan kulihat
tertawan, sebagaimana yang telah dikirimkan Yang Kekal kepada mereka.
4:11 Mereka telah kuasuh dengan sukacita, tetapi sekarang kulihat
pergi dengan tangisan dan sedih hati.
4:12 Janganlah seorangpun bersukaria oleh karena diriku, seorang
janda yang telah ditinggalkan banyak anak. Karena dosa anak-anakku aku menjadi
kesepian, sebab mereka telah berpaling dari hukum Taurat Allah
4:27 Kuatkanlah hatimu, anak-anakku, berserulah kepada Allah; Dia
yang mengirim bencana itu akan teringat kepadamu pula.
4:28 Seperti dahulu angan-angan hatimu tertuju untuk bersesat dari
Allah, demikian hendaklah kamu sekarang berbalik untuk mencari Dia dengan
sepuluh kali lebih rajin.
4:29 Memang Dia yang telah mengirim segala bencana itu kepada kamu
akan mengirim pula sukacita abadi bersama dengan penyelamatanmu.
Luk.
10:17-24
10:17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan
berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."
10:18 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh
seperti kilat dari langit.
10:19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk
menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh,
sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.
10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu
takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di
sorga."
10:21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan
berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena
semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi
Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
10:22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada
seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
10:23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya
tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu
lihat.
10:24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin
melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa
yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."
Santa
Perawan Maria, Ratu Rosario
Devosi non-liturgi yang sangat
populer di kalangan umat Katolik ialah 'Doa
Rosario'. Di dalamnya umat beriman merenungkan karya penebusan
Kristus di dalam 15 peristiwa Sejarah Keselamatan, sambil mendaraskan 1 X Bapa
Kami, 10 X Salam Maria dan 1 X Kemuliaan, didahului oleh pendarasan Syahadat
Para Rasul, 1 X Bapa Kami, 3 X Salam Maria dan 1 X Kemuliaan. Pesta Rosario
Suci dirayakan oleh seluruh Gereja pada tanggal 7 Oktober dalam Minggu pertama
bulan Oktober.
Perihal doa
Rosario ini terdapat anggapan umum berikut: bahwasanya di masa
lampau doa Rosario seperti yang kita kenal dewasa ini di dalam Gereja dianggap
sebagai pemberian Santa Maria sendiri kepada salah seorang pencintanya, yaitu
Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Tetapi legenda indah ini tidak dapat
diperdamaikan dengan data sejarah yang berhubungan dengan adanya kebiasaan
berdoa Rosario itu. Oleh karena itu untuk memahami sedikit lebih dalam
perihal doa Rosario itu, kiranya baik kalau
dikemukakan di sini sedikit sejarah perkembangan doa Rosario itu.
Catatan sejarah tentang awal mula praktek doa Rosario diambil
dari kebiasaan doa di kalangan para rahib di dalam kehidupan monastik zaman
dulu. Pada masa itu para rahib biasanya setiap hari mendaraskan 150 buah Mazmur
(Doa Ofisi) sebagaimana terdapat di dalam Kitab Suci. Para rahib awam yang
tidak tahu membaca atau yang buta huruf mengganti pendarasan Mazmur itu dengan
150 buah doa yang lain. Biasanya doa pengganti itu ialah doa 'Pater Noster'
(Bapa Kami). Doa "Bapa Kami" memang sudah semenjak Gereja perdana
dianggap sebagai doa Gereja yang paling penting. Para calon baptis yang sedang
dalam masa katekumenat, harus menghafal doa Bapa Kami itu di samping
Kredo/Syahadat Para Rasul. Untuk mempermudah mereka mengetahui berapa sudah doa
Bapa Kami yang didaraskan, mereka menggunakan seutas tali bersimpul atau
bermanik-manik. Oleh karena tali itu dipakai untuk menghitung doa "Pater
Noster" maka tali itu lazim disebut juga "Pater Noster".
Dari sejarah perkembangan devosi diketahui bahwa sejak zaman dahulu umat Kristen telah menaruh devosi yang tinggi kepada Santa Perawan Maria. Devosi-devosi ini dilestarikan oleh para rahib di dalam biara-biara. Pada masa abad, ke-11 berkembanglah kebiasaan memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung atau arca Maria. Pada masa itu belum dikenal bentuk doa 'Salam Maria' seperti dewasa ini. Dahulu doa itu masih singkat, hanya terdiri dari bagian pertama yang berakhir dengan kata-kata: "dan terpujilah buah tubuhmu". Jumlah doa Salam Maria yang sempat didaraskan dihitung pada tali 'Pater Noster' itu. Lama kelamaan berkembanglah kebiasaan untuk menggantikan doa Bapa Kami dengan doa Salam Maria. Jumlahnya tetap 150 sesuai jumlah Mazmur yang didaraskan para rahib. Karena pada masa itu 150 buah Mazmur yang didaraskan itu sudah dibagi ke dalam tiga bagian, masing-masingnya terdiri dari 50 buah, maka doa Salam Maria yang didaraskan oleh para rahib buta huruf itu pun dibagi dalam tiga bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari 50. Rangkaian Salam Maria yang terdiri dari 50 buah itu disebut 'Korona' (=mahkota). Kata ini mengingatkan kita akan hiasan-hiasan kembang menyerupai mahkota yang biasanya dibuat pada arca-arca Bunda Maria. Bagian kedua doa 'Salam Maria', yaitu "Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin", menjadi doa resmi semenjak Paus Pius V (1566-1572) meresmikan terbitan 'Breviarium' (=doa harian Gereja) pada tahun 1568. Namun bagian kedua itu baru diterima umum pada abad XVII.
Dari sejarah perkembangan devosi diketahui bahwa sejak zaman dahulu umat Kristen telah menaruh devosi yang tinggi kepada Santa Perawan Maria. Devosi-devosi ini dilestarikan oleh para rahib di dalam biara-biara. Pada masa abad, ke-11 berkembanglah kebiasaan memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung atau arca Maria. Pada masa itu belum dikenal bentuk doa 'Salam Maria' seperti dewasa ini. Dahulu doa itu masih singkat, hanya terdiri dari bagian pertama yang berakhir dengan kata-kata: "dan terpujilah buah tubuhmu". Jumlah doa Salam Maria yang sempat didaraskan dihitung pada tali 'Pater Noster' itu. Lama kelamaan berkembanglah kebiasaan untuk menggantikan doa Bapa Kami dengan doa Salam Maria. Jumlahnya tetap 150 sesuai jumlah Mazmur yang didaraskan para rahib. Karena pada masa itu 150 buah Mazmur yang didaraskan itu sudah dibagi ke dalam tiga bagian, masing-masingnya terdiri dari 50 buah, maka doa Salam Maria yang didaraskan oleh para rahib buta huruf itu pun dibagi dalam tiga bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari 50. Rangkaian Salam Maria yang terdiri dari 50 buah itu disebut 'Korona' (=mahkota). Kata ini mengingatkan kita akan hiasan-hiasan kembang menyerupai mahkota yang biasanya dibuat pada arca-arca Bunda Maria. Bagian kedua doa 'Salam Maria', yaitu "Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin", menjadi doa resmi semenjak Paus Pius V (1566-1572) meresmikan terbitan 'Breviarium' (=doa harian Gereja) pada tahun 1568. Namun bagian kedua itu baru diterima umum pada abad XVII.
Bagian pertama doa
"Salam Maria" yang melukiskan tentang peristiwa
kunjungan malaekat Gabriel kepada Maria dan kesediaan Maria menerima Al Masih
dalam rahimnya, diambil dari Kitab Suci. Itulah peristiwa awal 'Penjelmaan Juru
Selamat'. Sukacita itu kemudian diungkapkan Maria sendiri kepada Elisabeth,
sanaknya yang pada waktu itu sudah hamil juga. Sejak abad ke-12, doa 'Salam
Maria' mulai diulang-ulang selama berlangsungnya doa untuk mengenang 'Lima
Sukacita Santa Maria' (Kabar Sukacita, Kelahiran Yesus, Kebangkitan Yesus,
Kenaikan Yesus, dan Pengangkatan Maria ke Surga). Lama kelamaan 'Lima Peristiwa
Sukacita' itu, ditambah antara lain dengan peristiwa: Penampakan Tuhan
(epifani), Pentakosta atau Kunjungan kepada Elisabeth, sehingga menjadi 'Tujuh
Sukacita Maria'. Pada abad XIII, Korona Ketujuh Sukacita Maria ini mulai
dipropagandakan oleh Ordo Fransiskan; dan pada abad XIII mantaplah sudah
kebiasaan merenungkan Limabelas Sukacita Maria.
Pada Abad Pertengahan, umat
Kristen mempunyai devosi istimewa kepada 'Lima Luka Yesus', yaitu di tangan,
kaki dan lambung. (bdk. Yoh 20:20). Sementara itu ada pula devosi kepada 'Lima
Penumpahan Darah Yesus', yaitu pada saat sakratulmautnya, saat didera, saat
dimahkotai duri, saat disalibkan dan ditikam lambungNya. Karena semenjak dulu
Bunda Maria dipandang sebagai peserta ulung dalam sengsara Yesus, maka tidak
mengherankan, bahwa sejalan dengan devosi kepada Yesus yang bersengsara,
berkembang pula devosi serupa kepada Maria yang berdukacita. Devosi itu
dikembangkan oleh Ordo Fransiskan dan Serikat Hamba Maria. Maka sejak abad XIV
berkembanglah devosi kepada 'Lima Dukacita Maria', ataupun 'Tujuh Dukacita
Maria', yang dialaminya selama Yesus bersengsara dan wafat. Devosi kepada
'Tujuh Dukacita Maria' itu berkembang pesat di kalangan umat Kristen Eropa
sehubungan dengan menjangkitnya wabah sampar yang mengerikan di sana.
Kebiasaan untuk
menghubungkan doa "Salam Maria" dengan
renungan tentang sejumlah peristiwa Yesus, sudah ada sejak abad XIV. Ada pula
kebiasaan untuk menambah kata-kata ". . . buah tubuhmu", dengan nama
Yesus dan dengan sebuah kalimat pelengkap, misalnya, "Yang didera dengan
kejam", "Yang dimahkotai duri", dsb. Dalam abad XV berkaryalah
seorang biarawan bernama Dominikus yang diberi julukan "dari Prusia".
Ia seorang novis, yang sesuai dengan anjuran pemimpin biaranya, berusaha
menggabungkan doa Rosario (yang terdiri dari 50 Salam Maria) dengan renungan
mengenai kehidupan Yesus dan ibuNya. Pada tahun 1410, ia menyusun 50 seruan
penutup doa "Salam Maria". Seruan-seruan
penutup itu diterima dengan antusias sekali dan segera menjadi populer, baik
dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Jerman. Seruan-seruan tambahan itu
biasanya dibacakan oleh orang-orang yang melek huruf.
Mulai tahun 1475, muncullah di dalam Gereja tarekat-tarekat
religius yang mempopulerkan doa Rosario. Dengan munculnya teknik cetak, daftar
lima belas peristiwa yang ditetapkan sebagai landasan renungan selama doa
rosario, mulai dikenal di mana-mana. Sebuah buku kecil yang dicetak di Ulm pada
tahun 1483 menganjurkan tiga rangkaian gambar, masing-masing memuat lima
lukisan tersendiri, yaitu: Lima Sukacita Maria, Lima Penumpahan Darah Kristus,
dan Lima Sukacita Maria sesudah bangkitnya Yesus. Inilah kelima belas peristiwa
Rosario yang dikenal sekarang, kecuali dua yang terakhir, yaitu tertidurnya
Maria dan Penghakiman Terakhir. Dalam buku kecil itu ada nasihat berikut:
''Daraskanlah doa Salam Maria sambil memandang lukisan-lukisan ini!"
Daftar tetap dari 15 peristiwa Rosario disusun di Spanyol sekitar tahun 1488.
Daftar itulah yang disahkan oleh Paus Pius V, seorang biarawan Dominikan, ketika
beliau menetapkan Rosario sebagai doa Gereja yang sah. Setahun sebelumnya, Pius
mengesahkan teks doa Salam Maria yang sampai sekarang tidak
diubah.
Ada sekian banyak peristiwa ajaib
yang mendorong pimpinan tertinggi Gereja menghimbau bahkan mendesak umat berdoa
Rosario untuk memohon perlindungan Bunda Maria atas Gereja dari
segala rongrongan. Peristiwa terbesar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7
Oktober sebagai tanggal Pesta Santa Maria Ratu Rosario ialah peristiwa
kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam Turki.
Menghadapi pertempuran ini Paus Pius V menyerukan agar seluruh
umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Maria
atas Gereja. Doa umat itu ternyata dikabulkan Tuhan. Pasukan Kristen dibawah
pimpinan Don Johanes dari Austria berhasil memukul mundur pasukan Turki di
Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571 (Minggu pertama bulan Oktober 1571).
Sebagai tanda syukur Paus Pius V (1566-1572) menetapkan tanggal
7 Oktober sebagai hari pesta Santa Maria Ratu Rosario. Kemudian Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan
pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia. Dan Paus Leo XIII (1878-1903) lebih
meningkatkan nilai pesta ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai
Bulan Rosario untuk menghormati Maria. Kemudian berdoa
Rosario itu langsung diminta Bunda Maria sendiri
agar didoakan umat pada peristiwa-peristiwa penampakannya di Lourdes, Prancis
(1858), Fatima, Portugal (1917), di Beauraing, Belgia (1932-1933) dan di
berbagai tempat lainnya akhir-akhir ini. imankatolik.
or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar