Pw. S.
Antonius dr Antiokhia, UskMrt. (M)
Rm.
1:16-25
Mzm.
19:2-3,4-5
Luk.
11:37-41
Rm.
1:16-25
1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,
pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari
iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan
hidup oleh iman."
1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan
kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi
mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya
yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak
dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak
memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya
pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka
telah menjadi bodoh.
1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan
gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang
yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.
1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati
mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.
1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan
memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji
selama-lamanya, amin.
Luk.
11:37-41
11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia
untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan.
11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus
tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang
Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian
dalammu penuh rampasan dan kejahatan.
11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian
luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan
sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Antonius
dari Antiokhia
St.Ignatius adalah salah satu dari para Bapa Apostolik (kelompok
otoritatif terawal dari para Bapa Gereja). Dia mendasarkan otoritasnya pada
statusnya sebagai seorang uskup Gereja, menjalani hidupnya dengan meneladani
Kristus. St. Ignatius adalah Uskup Antiokhia ketiga sesudah Santo Petrus
dan St.Evodius (yang wafat sekitar tahun 67 Masehi).
Sejarahwan Eusebius mencatat bahwa St.Ignatius menggantikan St.
Evodius setelah Pertus sendiri yang menunjuk Ignatius untuk menjabat sebagai
uskup Antiokhia. Sebutan lain untuk dirinya adalah Teoforus yang berarti
"Pemanggul Tuhan" dan menurut tradisi St.Ignatius seperti
juga Santo Polikarpus adalah murid-murid dari Rasul Yohanes.
Pada masa penganiayaan uskup Ignatius ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati dalam masa pemerintahan Kaisar Trajan. Ia digiring dari Antiokhia
ke gelanggang pertunjukan di pusat kota Roma. Dalam perjalanan menyongsong
kemartirannya di Roma, Ignatius menulis serangkaian surat yang terlestarikan
sebagai sebuah contoh teologi Kristen paling awal. Topik-topik penting yang
diuraikan dalam surat-surat tersebut mencakup eklesiologi, sakramen-sakramen,
dan peranan para uskup. Dengan demikian, ia menggunakan cara yang sama dengan
St. Paulus dalam mewartakan Kabar Sukacita. Sepanjang perjalanan itu
dia menulis enam pucuk surat kepada Gereja-Gereja di kawasan itu dan sepucuk
surat untuk St.Polikarpus, yang kelak juga menjadi seorang martir.
Surat-surat St. Ignatius memberikan keterangan mengenai
penangkapannya oleh penguasa dan perjalanannya ke Roma :
“ .... dari Suriah bahkan sampai Roma aku berhadapan dengan
binatang-binatang buas, di darat dan laut, di malam dan siang hari, terbelenggu
di tengah-tengah sepuluh ekor macan tutul, dan bersama sekelompok serdadu, yang
akan berkelakuan semakin buruk bilamana diperlakukan dengan
sopan..". — Ignatius kepada jemaat di Roma.
Ketika Ignatius yang terkasih tiba di Roma, ia dojebloskan
kedalam penjara bersama para umat Kristiani yang sudah ditahan sebelumnya.
Akhirnya, tibalah hari dimana sang uskup dilemparkan ke arena pertunjukan. Dua
ekor singa ganas menerkamnya. St. Ignatius wafat sekitar tahun 107. Ia
mewariskan kepada kita kesaksian hidup Kristiani serta surat-suratnya yang
indah.
Jenazahnya kini terbaring dalam makam di bawah Basilika Santo
Petrus di Roma. Sumber : Katakombe.Org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar