Pw.
S. Agustinus, PujG (P)
1
Tes. 1:2-5, 8-10
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6,9
Mat.
23:13-22
1
Tes. 1:2-5, 8-10
1:2 Kami selalu mengucap syukur kepada
Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami.
1:3 Sebab kami selalu mengingat
pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita
Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.
1:4 Dan kami tahu, hai saudara-saudara
yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.
1:5 Sebab Injil yang kami beritakan
bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan
kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu
tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.
1:8 Karena dari antara kamu firman Tuhan
bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah
tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan
apa-apa tentang hal itu.
1:9 Sebab mereka sendiri berceritera
tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari
berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,
1:10 dan untuk menantikan kedatangan
Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang
Mat.
23:13-22
23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu
menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak
masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
23:14 [Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan
rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang
panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]
23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu
mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja
menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang
neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
23:16 Celakalah kamu, hai
pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu
tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
23:17 Hai kamu orang-orang bodoh dan
orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang
menguduskan emas itu?
23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu
tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu
mengikat.
23:19 Hai kamu orang-orang buta, apakah
yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
23:20 Karena itu barangsiapa bersumpah
demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang
terletak di atasnya.
23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi
Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.
23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi
sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di
atasnya.
Santo
Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Agustinus adalah Bapa Gereja purba yang terkenal. Ia lahir di
Tagaste (sekarang: Soukh-Ahras), Afrika Utara pada tanggal 13 November 354.
Ibunya, Monika, seorang yang beriman Kristen dari sebuah keluarga yang taat
agama; sedangkan ayahnya Patrisius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang
masih kafir. Berkat semangat doa Monika yang tak kunjung padam, Patrisius
bertobat dan dipermandikan menjelang saat kematiannya. Kekafiran Patrisius
sungguh berpengaruh besar pada diri anaknya Agustinus. Karena itu Agustinus
belum juga dipermandikan menjadi Kristen meskipun ia sudah besar. Usaha ibunya
untuk menanamkan benih iman Kristen padanya seolah-olah tidak berdaya mematahkan
pengaruh kekafiran ayahnya.
Semenjak kecil Agustinus sudah menampilkan kecerdasan yang tinggi.
Karena itu ayahnya mencita-citakan agar ia menjadi seorang yang terkenal. Ia
masuk sekolah dasar di Tagaste. Karena kecerdasannya, ia kemudian dikirim untuk
belajar bahasa latin dan macam-macam tulisan latin di Madauros. Pada usia 17
tahun, ia di kirim ke Kartago untuk belajar ilmu retorika. Di Kartago, ia
belajar dengan tekun hingga menjadi seorang murid yang terkenal. Namun hidupnya
tidak lagi tertib oleh aturan moral. Ia menganut aliran Manikeisme, suatu sekte
keagamaan dari Persia yang mengajarkan bahwa semua barang material adalah
buruk. Minatnya pada ajaran ini berakhir ketika ia menyaksikan kebodohan
Faustus, seorang pengajar Manikeisme. Selanjutnya selama beberapa tahun, ia
meragukan semua kebenaran agama-agama.
Pada tahun 383 ia pergi ke Roma lalu ke Milano, kota pemerintahan
dan kota kediaman Uskup Ambrosius. Di Milano ia mengajar ilmu retorika. Banyak
orang Roma berbondong-bondong datang kepadanya hanya untuk mendengarkan kuliah
dan pidatonya. Di kota itupun ia berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius,
seorang mantan gubernur yang saleh. Ia menyaksikan dari dekat cara hidup para
biarawan yang bijaksana, ramah dan saling mengasihi. Hatinya tersentuh dan mulailah
ia berpikir: “Apa yang mendasari hidup mereka? Injilkah yang mewarnai hidup
mereka itu?” Kecuali itu, ia sering mendengarkan kotbah-kotbah Uskup Ambrosius
dan tertarik pada semua ajarannya. Semuanya itu kembali menyadarkan dia akan
nasehat-nasehat ibunya tatkala ia masih di Tagaste. Suatu hari, ia mendengar
suara ajaib seorang anak: “Ambil dan bacalah!” Tanpa banyak berpikir, ia segera
menjamah kitab Injil itu, membukanya dan membaca: “Marilah kita hidup sopan
seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam
perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai
perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan
keinginannya.” (Rom 13:13-14).
Agustinus yang telah banyak mendalami filsafat itu akhirnya
terbuka pikirannya dan melihat kebenaran sejati, yakni wahyu ilahi yang
dibawakan Yesus Kristus. Ia kemudian bertobat dan bersama dengan sahabatnya
Alipius, ia dipermandikan pada tahun 387. Dalam bukunya ‘Confession’, ia
menulis riwayat hidup dan pertobatannya dan dengan terus terang mengakui betapa
ia sangat terbelenggu oleh kejahatan dosa dan ajaran Manikeisme. Suara hatinya
terus mendorong dia agar memperbaiki cara hidupnya seperti banyak orang lain
yang meneladani Santo Antonius dari Mesir.
Pada tahun 388, ia kembali ke Afrika bersama ibunya Monika. Di
kota pelabuhan Ostia, ibunya meninggal dunia. Tahun-tahun pertama hidupnya di
Afrika, ia bertapa dan banyak berdoa bersama beberapa orang rekannya. Kemudian
ia ditabhiskan menjadi imam pada tahun 391, dan bertugas di Hippo sebagai
pembantu uskup di kota itu. Sepeninggal uskup itu pada tahun 395, ia dipilih
menjadi Uskup Hippo. Selama 35 tahun ia menjadi pusat kehidupan keagamaan di
Afrika. Rahmat Tuhan yang besar atas dirinya dimuliakannya di dalam berbagai
bentuk kidung dan tulisan. Tulisan-tulisannya meliputi 113 buah buku, 218 buah
surat dan 500 buah kotbah. Tak terbilang banyaknya orang berdosa yang bertobat
karena membaca tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisannya itu hingga kini dianggap
oleh para ahli filsafat dan teologi sebagai sumber penting dari pengetahuan
rohani. Semua kebenaran iman Kristiani diuraikan secara tepat dan mendalam
sehingga mampu menggerakkan hati orang.
Sebagai seorang uskup, Agustinus sangat menaruh perhatian besar
pada umatnya terutama yang miskin dan melarat. Dialah yang mendirikan asrama
dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umatnya. Agustinus
meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430 tatkala bangsa Vandal mengepung
Hippo. Jenazah Agustinus berhasil diamankan oleh umatnya dan kini dimakamkan di
basilik Santo Petrus. www.imankatolik.or.id