Jumat, 28 Juli 2017

Sang Penabur

JUMAT PEKAN BIASA XVI (H)
Kel. 20:1-20
Mzm. 19:8,9,10,11
Mat. 13:18-23



Kel. 20:1-20

20:1 Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13 Jangan membunuh.
20:14 Jangan berzinah.
20:15 Jangan mencuri.
20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu."
20:18 Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
20:19 Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."
20:20 Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."


Mat. 13:18-23

13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.
13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.



Sang Penabur

Saudara terkasih, Tuhan mengajak kita untuk merenungkan bagaimana Sang Penabur menaburkan benih. Benih itu bisa jatuh di mana-mana. Ada yang jatuhnya di tepi jalan, di tempat yang berbatu, atau di tanah yang subur. Tempat di mana benih tersebut jatuh menentukan bagaimana tumbuh kembang benih tersebut.
Ada yang jatuh di semak dan duri, jelas akhir tragis akan pertumbuhannya dan mati. Tidak akan bisa tumbuh sebagaimana kita inginkan. Semak duri memakan kesempatan tumbuh benih tersebut.
Jatuh di tepi jalan, artinya akan banyak halangan dan bahaya di sana. Orang berjalan yang menginjak-injak, ada hewan yang melintas dan memakannya. Sama dengan hal di semak duri. Hilang dan kemungkinan hidupnya rendah.
Jatuh di tanah berbatu. Mana ada kesempatan untuk hidup. Apa yang mau dipakai untuk hidup, karena tanah tidak cukup memberinya pupuk karena banyaknya batu.
Saudara terkasih itulah apa yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana yang kita pelajari, kita renungkan dari Kitab Suci, pengajaran Gerejani, renungan harian, atau pengetahuan dan langkah laku iman kita itu cukup tidak untuk membuat tumbuh kembang iman kita. Tuhan sudah memberikan kepada kita berkat-Nya, bagaimana kita memelihara dan menghidupinya. Buah itu tergantung juga pemeliharaan kita. Perlu tanah itu sebagai lahan untuk hidup. Sikap kita  juga penting untuk hidup iman kita. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar