JUMAT
PEKAN BIASA XVI (H)
Kel.
20:1-20
Mzm.
19:8,9,10,11
Mat.
13:18-23
Kel.
20:1-20
20:1 Lalu Allah mengucapkan
segala firman ini:
20:2 "Akulah TUHAN,
Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu allah
lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di
bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah
kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan
kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang
berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan menyebut nama
TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang
yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah
hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau
akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh
adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki,
atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya
TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada
hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12 Hormatilah ayahmu dan
ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13 Jangan membunuh.
20:14 Jangan berzinah.
20:15 Jangan mencuri.
20:16 Jangan mengucapkan
saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan mengingini rumah
sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai
sesamamu."
20:18 Seluruh bangsa itu
menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan
gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
20:19 Mereka berkata kepada
Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan;
tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."
20:20 Tetapi Musa berkata
kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan
maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu,
agar kamu jangan berbuat dosa."
Mat.
13:18-23
13:18 Karena itu, dengarlah
arti perumpamaan penabur itu.
13:19 Kepada setiap orang
yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya,
datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah
benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13:20 Benih yang ditaburkan
di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera
menerimanya dengan gembira.
13:21 Tetapi ia tidak berakar
dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena
firman itu, orang itu pun segera murtad.
13:22 Yang ditaburkan di
tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia
ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13:23 Yang ditaburkan di
tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena
itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat,
ada yang tiga puluh kali lipat.
Sang
Penabur
Saudara terkasih, Tuhan mengajak kita untuk
merenungkan bagaimana Sang Penabur menaburkan benih. Benih itu bisa jatuh di
mana-mana. Ada yang jatuhnya di tepi jalan, di tempat yang berbatu, atau di
tanah yang subur. Tempat di mana benih tersebut jatuh menentukan bagaimana
tumbuh kembang benih tersebut.
Ada yang jatuh di semak dan duri, jelas akhir
tragis akan pertumbuhannya dan mati. Tidak akan bisa tumbuh sebagaimana kita
inginkan. Semak duri memakan kesempatan tumbuh benih tersebut.
Jatuh di tepi jalan, artinya akan banyak halangan
dan bahaya di sana. Orang berjalan yang menginjak-injak, ada hewan yang
melintas dan memakannya. Sama dengan hal di semak duri. Hilang dan kemungkinan
hidupnya rendah.
Jatuh di tanah berbatu. Mana ada kesempatan untuk
hidup. Apa yang mau dipakai untuk hidup, karena tanah tidak cukup memberinya
pupuk karena banyaknya batu.
Saudara terkasih itulah apa yang terjadi dalam
hidup kita. Bagaimana yang kita pelajari, kita renungkan dari Kitab Suci,
pengajaran Gerejani, renungan harian, atau pengetahuan dan langkah laku iman
kita itu cukup tidak untuk membuat tumbuh kembang iman kita. Tuhan sudah
memberikan kepada kita berkat-Nya, bagaimana kita memelihara dan menghidupinya.
Buah itu tergantung juga pemeliharaan kita. Perlu tanah itu sebagai lahan untuk
hidup. Sikap kita juga penting untuk hidup
iman kita. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar