Senin, 11 Mei 2015

Supaya Apabila Datang Saatnya Kamu Ingat

Senin Biasa Pekan VI Paskah (P)
Kis. 16:11-15
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b
Yoh. 15:26-16:4a


Kis. 16:11-15

16:11 Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis;
16:12 dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari.
16:13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.
16:14 Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.
16:15 Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya.


Yoh. 15:26-16:4a

15:26 Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.
15:27 Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.
16:1 "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.
16:2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.
16:3 Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.
16:4a Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."



Supaya Apabila Datang Saatnya Kamu Ingat

Saudara terkasih, apa yang Yesus katakan merupakan ungkapan dan kekuatan apa yang akan kita hadapi atau sedang, atau bahkan telah sering kita hadapi. Bagaimana membunuh orang atas nama agama malah bangga dan menyatakan sebagai membela Allah. Tidak aneh dan lucu memang kalau salah satu cerita bijak mengatakan bahwa manusia dengan agama justru memerbesar perselisihan, bukannya damai.
Agama pada hakikatnya sebenarnya berkaitan dengan ketuhanan yang menjiwai kita dengan damai, sejahtera, penuh kasih, meperbesar persamaan bukan perbedaan, menemuka kesesuaian dan kecocokan.
Apa yang kita alami, misalnya adanya permusuhan, penolakan, pembatasan-pembatasan, dan sikap curiga dan permusuhan, sebenarnya sama dengan yang Yesus katakan. Dengan demikian kita akan tenang, tidak perlu membalas, mencari-cari alasan untuk melawan atau ganti menjatuhkan. Sikap kita adalah menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dengan panggilan kita untuk mengikuti-Nya.
Saudara terkasih, Tuhan selalu memberikan kekuatan bagi kita dalam menghadapi banyak hal. Bahkan apa yang belum terjadipun, DIA sudah menyatakan-Nya agar kita siap-siap dan tidak heran dan kaget sekiranya kejadian itu terjadi betulan. Apalagi saat kejadian tersebut, tentu DIA hadir dan ada untuk kita. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar