Sabtu, 05 November 2016

Tuhan Mereka ialah Perut Mereka, Kemuliaan Mereka ialah Aib Mereka, Pikiran Mereka Semata-Mata Tertuju kepada Perkara Duniawi

Pw. Karolus Borromeus, Usk (P)
Fil. 3:17-4:1
Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5
Luk. 16:1-8



Fil. 3:17-4:1

3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
3:21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

                Luk. 16:1-8

16:1 Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.
16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.



Tuhan Mereka ialah Perut Mereka, Kemuliaan Mereka ialah Aib Mereka, 
Pikiran Mereka Semata-Mata Tertuju kepada Perkara Duniawi


Saudara terkasih, hari ini Tuhan mengajak kita merenungkan sabda-Nya yang sangat konkret, aktual, dan benar-benar telah menjadi gaya hidup sebagian besar bangsa ini. bagaimana orientasi adalah kesenangan duniawi, makanan, kesenangan hidup dengan berbagai macam, korupsi demi kehormatan semua, aib adalah sebuah kebanggaan. Kita bisa menyaksikan menjadi pemeran dalam film porno masih bisa tertawa-tawa, ditangkap karena korupsi berlaku sebagaimana perilaku tahanan politik atas nama negara, uang hasil korupsi dinyatakan sebagai rezeki. Mereka sebenarnya tahu, namun tidak mau tahu, ketika setan sudah mengubah otak mereka, paham salah pun dinyatakan sebagai kebenaran. Itu ada di dalam lingkungan kita.
Injil menekankan lebih jauh dengan perilaku “cerdik” di dalam mengamankan diri bukan kebenaran, jadi seolah semua orang tidak ada yang tahu, karena demi amannya hidupnya sendiri, dengan merugikan tuannya. Lihat di sekitar kita dalam hidup berbangsa dan bernegara ini, kita melihat orang yang memikirkan diri sendiri dan menghianati bangsa dan negara serta rakyat demi keuntungan sendiri, menjadi penguasa, atau kekayaan dan materi, menggunakan segala cara, memanipulasi kebenaran, dan membolak-balik fakta sebagai hal yang biasa.
Uskup Karolus Borromeus melakukan hal yang sangat konkret dari bacaan-bacaan di atas. Di mana waktu beliau menjadi uskup Milan, kehidupan umat sangat payah. Tanda salib pun banyak yang tidak bisa. Gereja dijadikan toko dan tempat berjualan atau bangsa pesta. Imam tidak bisa berkotbah karena tidak terdidik.
Kesalehannya, hidup doa dan puasa sangat membantunya karena ia kesulitan berbicara dengan lancar untuk menyatakan ide dan gagasannya untuk memperbaiki paroki di keuskupannya. Penolakan dari dalam dan luar gereja menambah berat perjuangannya. Perjuangannya, penolakan, dan usaha kerasnya menjadi penyebab mundurnya kesehatan dan akhirnya wafat, namun perjuangan besarnya tidak sia-sia.

Tidak perlu khawatir dengan keadaan dan jalan terjal yang seolah dunia ini menolak. Masih ada jalan dan Tuhan yang akan memberikan jalan. BD. eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar