Pw.
St. Leo Agung, PausPujG (H)
Flm.
7-20
Mzm,
146:7,8-9a,9bc-10
Luk.
17:20-25
Flm.
7-20
1:7 Dari kasihmu sudah
kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah
kauhiburkan, saudaraku.
1:8 Karena itu, sekalipun di
dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa
yang harus engkau lakukan,
1:9 tetapi mengingat kasihmu
itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi
tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,
1:10 mengajukan permintaan
kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus
1:11 -- dahulu memang dia
tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.
1:12 Dia kusuruh kembali
kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku --.
1:13 Sebenarnya aku mau
menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan
karena Injil,
1:14 tetapi tanpa persetujuanmu,
aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan
seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.
1:15 Sebab mungkin karena
itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya
untuk selama-lamanya,
1:16 bukan lagi sebagai
hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih,
bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam
Tuhan.
1:17 Kalau engkau menganggap
aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.
1:18 Dan kalau dia sudah
merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku
--
1:19 aku, Paulus, menjaminnya
dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- agar jangan kukatakan:
"Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang
padaku, yaitu dirimu sendiri.
1:20 Ya saudaraku, semoga
engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus
Luk.
17:20-25
17:20 Atas pertanyaan
orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab,
kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,
17:21 juga orang tidak dapat
mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya
Kerajaan Allah ada di antara kamu."
17:22 Dan Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada
hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya.
17:23 Dan orang akan berkata
kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke
situ, jangan kamu ikut.
17:24 Sebab sama seperti
kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian
pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya.
17:25 Tetapi Ia harus
menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini
Santo Leo
I atau Leo Agung, Paus
Ia lahir di Tuscany, Italia dari sebuah keluarga
bangsawan kaya. Ia diangkat menggantikan Paus Sixtus III (432-440) dan
dinobatkan pada tanggal 29 September 440. Ketika terpilih menjadi Paus, ia
sedang menjalankan suatu misi diplomatik di Gaul (sekarang: Prancis) atas
permintaan Kaisar Valentinianus III. Misi itu ialah mendamaikan Aetius dan
Albinus, dua jenderal kekaisaran yang bertikai sehingga melemahkan pertahanan
bangsa Prancis melawan serangan bangsa Barbar. Pengangkatan dirinya menjadi
Paus sungguh mengejutkan karena pada waktu itu ia masih berstatus Diakon Agung
di dioses Roma.
Ia segera menunjukkan bakat dan kemampuannya memimpin
Gereja, dengan mengambil tindakan keras terhadap bidaah-bidaah yang berkembang
pada masa itu: Pelagianisme, Manicheisme, Priscillianisme dan Monofisitisme.
Leo benar-benar menghadirkan kembali sosok Rasul Petrus yang pernah dengan
pedangnya membela Yesus di taman Getzemani. Leo menghadapi semua serangan
terhadap ajaran iman yang benar dan serangan terhadap kota Roma dengan kesucian
dan kefasihan lidahnya. Raja Atilla dan Genserik tak berdaya menghadapinya.
Pada tahun 442, Leo menghadapi masalah-masalah serius
di dalam diosesnya, khususnya di Aquileia, Italia. Di sana ada beberapa
pengikut Pelagius-seorang rahib Inggris yang menyebarkan ajaran sesat
Pelagianisme-berniat kembali ke pangkuan Gereja namun tidak sudi melepaskan
ajaran sesat yang telah dianutnya. Hal ini sangat merisaukan Leo, karena di
antara ajarannya yang lain, Pelagius dengan tegas menolak pentingnya rahmat Allah
bagi keselamatan. Menghadapi hal ini, Paus menuntut agar semua pengikut
Pelagianisme yang mau kembali ke pangkuan Gereja harus membuat pengakuan umum
akan iman Katolik di hadapan sinode para Uskup di wilayahnya dan secara terbuka
menolak Pelagianisme.
Selanjutnya Leo menghadapi lagi aliran Manicheisme,
yang mengajarkan adanya dualisme antara prinsip kebaikan dan kejahatan. Hidup
manusia di dunia ini merupakan suatu pertentangan kekal antara kedua prinsip
itu; semua hal duniawi, termasuk tubuh manusia, adalah jahat pada dirinya.
Ditumpangi oleh bangsa Vandal yang suka berperang, banyak penganut Manicheisme
berimigrasi dari Kartago ke Italia dan menetap di Roma. Menghadapi bahaya
aliran sesat ini maka pada tahun 443 Leo menggalakkan kampanye menentang para penganut
Manicheisme itu. Ia didukung oleh kaisar Valentinianus III. Banyak penganut
aliran itu kemudian bertobat dan kembali ke pangkuan Gereja.
Di luar Roma, Paus kuatir akan bahaya bangkitnya
kembali ajaran sesat Priscilianisme di Spanyol yang dalam beberapa hal sama
dengan Manicheisme. Aliran itu mengajarkan bahwa unsur manusiawi dan unsur
duniawi sama-sama merupakan hasil prinsip kejahatan dan bahwa hanya unsur ilahi
sajalah yang baik. Sebagai jawaban terhadap seruan Paus, para Uskup Spanyol
menyelenggarakan sinode untuk menghukum aliran sesat Priscillianisme di
Spanyol.
Paus juga menyerang aliran sesat Monofisitisme, yang
mengajarkan bahwa Kristus hanya mempunyai satu kodrat, yaitu kodrat ilahi.
Ajaran ini menentang dogma tentang Kristus, Pribadi Ilahi yang mempunyai dua
kodrat, Allah sekaligus Manusia. Aliran inilah yang menyebabkan krisis
doktrinal paling besar dalam masa kepemimpinan Leo. Aliran ini berkembang luar
biasa cepatnya, sehingga Santo Flavianus, Patriark Konstantinopel menyerukan
kepada Leo akan dukungannya sebagai pembela dan pimpinan tertinggi Gereja. Leo
menjawab seruan itu dalam sebuah suratnya kepada Flavianus. Di dalamnya ia
menandaskan secara jelas bahwa Kristus sungguh Allah dan sungguh Manusia,
tetapi satu Pribadi yaitu Pribadi Yesus Kristus. Surat kepada Flavianus ini
kemudian menjadi pokok keputusan Konsili Kalsedon.
Ketika kaisar Teodosius II-pendukung kental para
penganut Monofisitisme-mendengar pernyataan Paus itu, ia segera memerintahkan
Dioscurus, Patriark Aleksandria yang menganut Monofisitisme, untuk
menyelenggarakan satu konsili di Efesus. Uskup-uskup yang berkumpul dalam
Konsili itu dijaga ketat oleh pasukan-pasukan kekaisaran. Santo Flavianus
dipersalahkan dan mati karena pembelaannya terhadap ajaran iman yang benar sebagaimana
ditekankan Paus Leo. Para utusan Paus tidak punya hak bicara dan tidak
diperkenankan memimpin rapat. Surat yang dikirim Paus Leo tidak dapat
didengarkan dengan baik karena kegaduhan dan teriakan-teriakan. Akhirnya
konsili liar itu mengesahkan ajaran sesat Monofisitisme. Paus Leo mengutuk
konsili itu dan menamakannya sebagai Konsili para Penyamun. Sebagai protes
terhadap keputusan konsili liar itu, Paus Leo menyelenggarakan sebuah konsili
lain di Kalsedon pada tahun 451. Tugas Konsili ini ialah "menegaskan
kodrat keallahan dan kemanusiaan dalam Pribadi Yesus Kristus serta mengutuk
Monofisitisme dan membendung pengaruhnya". Sekitar 600 orang Uskup yang
berkumpul dalam Konsili itu menerima ajaran dogmatik Leo yang tertulis di dalam
suratnya kepada Santo Flavianus. Dalam tulisan-tulisannya yang bernada keras
maupun manis, ia menyerang semua bidaah itu. Ia pantang menyerah ... seperti
seekor singa menerjang setiap mangsa yang ada di hadapannya.
Selain menghadapi berbagai aliran sesat itu, Leo
menghadapi juga serangan terhadap kota Roma. Tercatat serangan Attila, raja
bangsa Hun pada tahun 452, dan serangan Genserik, raja bangsa Vandal yang suka
berperang. Leo bersama sekelompok imam dan senator Roma menghadap Attila dan
berbicara dengannya. Ia berhasil meyakinkan Attila, agar segera menarik
pasukan-pasukannya dan tidak menyerang kota Roma. Demikian juga terhadap
Genserik, raja Vandal itu. Leo benar-benar menghadirkan kembali sosok Rasul
Petrus yang membela Yesus dengan pedangnya. Ia berhasil menerjang bangsa-bangsa
Barbar yang mau menghancurkan kekristenan.
Dengan semua tindakannya, Leo menjadi salah seorang
Paus pembela ajaran iman yang benar dan pembela kota Roma dari serangan bangsa
Barbar. Ia seorang gembala yang baik yang berani membela umatnya dari berbagai
serangan. Ia menjadi teladan bagi para gembala: penuh semangat, berhati lapang
tetapi tetap saleh, sehingga dapat bertindak secara fleksibel. Surat-surat dan
kotbah-kotbahnya sangat bernilai karena buah pikirannya yang dalam. Selain
dikenal sebagai penulis, orator, diplomat, negarawan dan teolog, Leo juga
seorang administrator besar. Selama masa pontifikatnya, ia membangun dan
memperbaiki banyak gereja. Masa kepemimpinannya menandai salah satu masa yang
paling penting dalam sejarah Gereja Perdana.
Ia wafat pada tanggal 10 Nopember 461 dan dimakamkan
di ruang depan basilik Santo Petrus. Beliau adalah Paus non-martir pertama
dalam sejarah Gereja. Pada tahun 688, Paus Sergius I (687-701) memindahkan
relikuinya ke bagian dalam basilik itu. Pada tahun 1607 para pekerja menggali
kembali relikuinya dan memindahkannya ke dalam basilik Santo Petrus yang baru.
Pada tahun 1754, Paus Benediktus XIV (1740-1758) menggelari Leo sebagai
Pujangga Gereja.BD.eLeSHa.
Sumber: Iman Katolik. co.id