HARI RAYA PASKAH (P)
Saudara terkasih, Paskah sangat berarti bagi kita,
simbol lilin menyala yang berjalan di tengah kegelapan malam merupakan lambang
kehadiran Tuhan yang telah mengalahkan kegelapan atau kuasa jahat. Gereja tahun
ini mengambil tema, Pelopor Peradaban
Kasih, sangat kontekstual bagi kehidupan kita bersama apalagi berbangsa
yang sedang dipenuhi dengan berbagai-bagai peristiwa yang sangat menodai
kemanusiaan kita sebagai pengikut Kristus.
Di Jateng, Keuskupan Agung Semarang khususnya
mengalami dua kejadian yang sangat aktual mengenai tema ini, kejadian pertama
di Ambarawa, ada pelemparan petasan di Gereja St. Yusuf, meskipun orang gila
sekalipun, toh ini juga yang menarik untuk kita renungkan. Bagaimana Gereja
bersikap selama ini, sudahkah membawa peradaban kasih itu dalam hidup mereka
ini juga? Atau masih hidup di menara gading? Untuk tidak ada main hakim sendiri
dan membalas perbuatan ini, bisa saja orang yang masih capek persiapan ini itu
dan lepas kendali, artinya, malah kontraproduktif dengan tema yang dihayati.
Kedua, penggembokan di salah satu kapel di
Surakarta. Salah seorang imam mendapat pesan singkat dari umat yang mengatakan banci, karena romonya mengatakan sudah
jangan dibesar-besarkan. Konkret peradaban kasih itu malah disalah mengerti
juga oleh para pelakunya. Jangan membalas, ciberikan contoh nyata Yesus kepada
Petrus.
Saudara terkasih, kebangkitan itu mudah diucapkan,
mudah dikatakan, namun susah diterapkan. Salah satu jelas seperti itu,
bagaimana diajak untuk tidak membalas, namun emosionalnya manusia tidak bisa diterka.
Kegelapan masih meliputi dan menyelimuti dengan kepekatan yang tidak mudah
diurai karena kehendaknya sendiri. Peradaban kasih memang tidak mudah dan itu
adalah perjuangan terus menerus. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar