Rabu, 22 Maret 2017

Mengampuni dengan Segenap Hati

Selasa Biasa Pekan III Prapaskah (U)
Dan. 3:23,34-43
Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9
Mat. 18:21-35



Dan. 3:23,34-43

3:25 Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!
3:34 Janganlah kami Kautolak selamanya demi nama-Mu, dan janganlah Kaubatalkan perjanjian-Mu;
3:35 janganlah Kautarik kembali dari pada kami belas kasihan-Mu demi Abraham, kekasih-Mu, demi Ishak, hamba-Mu dan demi Israel, orang suci-Mu,
3:36 yang kepadanya telah Kaujanjikan untuk memperbanyak keturunan mereka laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut.
3:37 Ya Tuhan, jumlah kami telah menjadi lebih kecil dari jumlah sekalian bangsa, dan sekarang kamipun dianggap rendah di seluruh bumi oleh karena segala dosa kami.
3:38 Dewasa inipun tidak ada pemuka, nabi atau penguasa, tiada korban bakaran atau korban sembelihan, korban sajian atau ukupan; tidak pula ada tempat untuk mempersembahkan buah bungaran kepada-Mu dan mendapat belas kasihan.
3:39 Tetapi semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah, seolah-olah kami datang membawa korban-korban bakaran domba dan lembu serta ribuan anak domba tambun.
3:40 Demikianlah hendaknya korban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya pada-Mu.
3:41 Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan,
3:42 melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu.
3:43 Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan.


Mat. 18:21-35

18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."




Mengampuni dengan Segenap Hati

Saudara terkasih, kita sering mudah mengatakan maaf, atau aku tidak mengingat lagi apa yang sudah terjadi, namun apakah demikian? Kenyataan itu hanya ada di mulut, tidak dari hati yang paling dalam. Beberapa hal bisa membuktikan itu. Ingat bagaimana atau lebih mudah mana antara maaf atau sori? Padahal sama namun mengucapkan permintaan maaf sangat berat. Ini karena kita masih enggan. Atau mengapa masih diungkit ketika ada masalah, padahal jelas-jelas berbeda masalah dan konteksnya.
Tuhan hari ini mengajak kita mengampuni hingga 70 kali tujuh kali, artinya tidak terbatas bukan semata 490 dan usai, tidak demikian. Pengampunan itu terus menerus karena kita pun sudah memperoleh pengampunan terlebih dahulu. Ada perimbangan dan keadilan. Mengapa demikian?
Kita cenderung meminta dan tidak pernah mau memberi. Ingat bagaimana pengampunan yang kita terima perlu juga kita berikan kepada sesama kita. Sifat manusiawi kita yang ingin Tuhan ubah agar semakin seperti Bapa di surga sempurna.

Mengampuni bukan semata dengan kata namun dari hati, salah satu yang pasti tidak mengingat lagi apalagi menjadi bahan membalaskan dendam dan mengungkit juga ada persoalan. Mengampuni berarti tidak lagi ada yang disimpan, bukan semata melupakan, namun sudah tidak ada lagi yang menjadi bagian hidup kita. Semua sudah lewat dan tidak penting lagi. Mengampuni juga melepaskan beban hidup kita yang tidak berguna, seperti membawa-bawa sampah di dalam hati kita. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar