Sabtu, 04 Juli 2020

Kebaruan Selalu Hadir, Siapkah?


Sabtu Biasa Pekan XIII
Am. 9:11-15
Mzm. 85:9,11-12,13-14
Mat. 9:14-17




Am. 9:11-15

9:11 "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,
9:12 supaya mereka menguasai sisa-sisa bangsa Edom dan segala bangsa yang Kusebut milik-Ku," demikianlah firman TUHAN yang melakukan hal ini.
9:13 "Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman TUHAN, "bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.
9:14 Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya.
9:15 Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka," firman TUHAN, Allahmu



Mat. 9:14-17

9:14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"
9:15 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
9:16 Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
9:17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.



Kebaruan Selalu Hadir, Siapkah?

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai kebaruan. Bagaimana kita menghadapi hal-hal baru, bahasa kekinian adalah normal baru. Begitu banyak hal yang hadir dan berganti. Namanya hidup akan selalu demikian. Nah siapkah kita dengan perubahan dan kebaruan yang selalu hadir itu?
Jika tidak, tentu akan menjadi kendala dan akhirnya terlindas oleh kemajuan dan zaman. dalam bacaan hari ini kita disuguhi kisah orang-orang atau murid Yohanes yang menggunakan takaran, ukuran, dan adat kebiasaan mereka untuk diterapkan bagi Yesus dan para murid. Pertanyaan yang tidak menyalahkan, berbeda dengan model ahli Taurat atau oran Farisi. Murid Yohanes hanya bertanya, bukan bermaksud untuk menyalahkan atau menghasut tentunya.
Kita dalam hidup juga sering mengedepankan kata orang, biasanya, atau semua juga melakukan itu. Mengapa kita berubah atau berbeda. Sudah sekian lama juga begitu, mengapa aneh-aneh dengan perilaku yang tidak biasa. Sering bukan kita mengalami hal-hal demikian? Sering atau  malah kita pelaku.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil Tuhan mengajarkan perumpamaan yang keren. Kantong baru ya untuk anggur baru. Atau kain penambal jangan berbeda dengan yang ditambalkan. Jika salah menambal dengan kain baru, kain tua akan ikut terkoyak. Tidak menjadi memperbaiki malah merusak.
Anggir baru lebih keras. Kantong lama bisa koyak dan hancur karena kerasnya anggur baru. Harus sesuai dan menyesuaikan dengan apa yang diperlukan. Pertimbangan dan perhatian untuk keamanan semuanya. Jika hanya satu pihak, atau sebagian saja yang menjadi fokus perhatian, ya ujungnya muspra, sia-sia semua. Apakah demikian yang kita inginkan? Tentu tidak itu yang menjadi tujuan dalam hidup  kita.
Tuhan mengajak kita menyesuaikan diri. Adaptasi, dan bandel sehingga mampu melewati dan bertahan dalam aneka gelomong, panas-hujan, melaju di dalam rel yang  tepat. Keseimbangan di dalam memikirkan masa lalu, menjalani hari ini, dan mempersiapkan masa depan. Semua perlu dilakukan dengan kecermatan. Semua sangat menentukan dan tidak ada yang bisa diabaikan. Prioritas jelas adalah kekinian. Saat ini dan di sini itu yang utama BD.eLeSHa.


Jumat, 03 Juli 2020

Berbahagialah yang Tidak Melihat namun Percaya



Pesta S Tomas, Ras (M)
Ef. 2:19-22
Mzm. 116:1,2
Yoh. 20:24-29



Ef. 2:19-22

2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.


Yoh. 20:24-29

20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
20:26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.




Berbahagialah  yang Tidak Melihat namun Percaya


Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Pesta Santo Tomas, salah satu rasul dan murid yang  hidup bersama Yesus. Ia pribadi yang ceplas-ceplos, dan tidak mudah percaya dengan apa kata orang. Hal yang dalam satu sisi sangat baik, karena tidak mesti kata orang itu benar.
Pernyataan atau penilaian orang itu terbatas. Ada mungkin keterbatasan, sehingga belum tentu benar.  Toh tidak bisa pula dilupakan, mungkin juga benar. Namanya manusia yang memang pada kodratnya ngeyel dan tidak mudah percaya. Lihat saja ketika kita tanpa sengaja terkena tinta dan membekas, toh masih diuji benar itu tinta atau bukan. Tahu juga kalau jembatan kayu satu itu kuat, toh masih juga digoyang-goyang untuk meyakinkan. Itulah manusia.
Ketidakpercayaan dengan berbagai cara dan sebab. Toh pada sisi lain sangat mudah untuk dikelabuhi. Lihat saja bagaimana orang mudah terpedaya, tertipu luar dalam hanya karena penampilan lawan jenis. Pakaian seragam, pilot, dokter, tentara, atau polisi membuat perempuan mengirimkan uang atau gambar tidak pantas dan kemudian menjadi modus pemerasan. Laki-laki pun demikian. Melihat gambar bening sedikit kemudian terpedaya. Ekstrem yang sama-sama tidak layak untuk ditiru apalagi dilakukan. Toh demikian banyak dan melimpah di sekitar kita. Hal yang seolah tidak menjadi pelajaran sehingga terulang lagi dan lagi.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil, dan pribadi Tomas yang memang tidak percaya kita diberi contoh, teladan, bagaimana Tomas tidak percaya kata teman-temannya. Tuhan Yesus spesial hadir untuk memberikan bukti bagi Tomas. Lagi-lagi Tomas memberikan contoh  dan teladan sikap spontan. Ia langsung percaya, Ya Tuhan dan Allahku.
Sikap iman yang mendalam Tomas telah nyata. Jawaban Yesus juga tidak menyalahkan apa yang Tomas lakukan. Pernyataan berbahagialah yang percaya meskipun tidak melihat jelas konteks keberlanjutan. Kita hari ini, selang 2000 tahun lebih dari periode zaman Yesus tentu beriman bukan karena penglihatan. Apa yang kita yakini di dalam iman. Kadang iman tidak mesti bisa dikenali dengan pancaindera. Tidak harus juga lepas dengan indera dan logika, sehingga orang tidak menjadi fanatis buta apalagi menjadi kolot dan menutup diri. BD.eLeSHa.


Kamis, 02 Juli 2020

Berpikir Baik


Kamis Biasa Pekan XIII (H)
Am. 7:10-17
Mzm. 19:8,9,10,11
Mat. 9:1-8



Am. 7:10-17

7:10 Lalu Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan: "Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya.
7:11 Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan."
7:12 Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!
7:13 Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan."
7:14 Jawab Amos kepada Amazia: "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.
7:15 Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.
7:16 Maka sekarang, dengarlah firman TUHAN! Engkau berkata: Janganlah bernubuat menentang Israel, dan janganlah ucapkan perkataan menentang keturunan Ishak.
7:17 Sebab itu beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan."


Mat. 9:1-8

9:1 Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.
9:2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."
9:3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."
9:4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?
9:5 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
9:6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
9:7 Dan orang itu pun bangun lalu pulang.
9:8 Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.



Berpikir Baik

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai pemikiran baik. Perumpamaan yang digunakan Yesus untuk memberikan nasihat adalah ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh, bahkan diawali dengan pengampunan atas kedosaan si lumpuh. Menyaksikan kebaikan, bahkan mukjizat tersebut, ahli Taurat malah berpikir buruk.
Ahli Taurat disebutkan, berarti bukan orang sembarangan. Mereka ahli dalam bidang yang sangat prestisius waktu itu. Bagaimana mereka banyak memiliki keistimewaan, namun sayang, sebagaimana kata Yesus, mereka hanya berpikir yang jahat dan buruk saja. Melihat kebaikan saja mereka berpikir jelek, apalagi jika ada perbuatan buruk. Ini adalah sikap batin. Pemikiran yang sangat berdampak pada perilaku dan nantinya hasil akhir yang sama buruknya.
Dalam kehidupan kita pun biasanya demikian mudah terjadi. Iri pada capaian pihak lain, sedih ketika rekan mendapatkan apa yang kita inginkan. Susah untuk bisa berbahagia dengan orang yang sedang senang. Malah sebaliknya, ketika orang menderita kecenderungan kita adalah malah kecewa. Ahli Taurat ini pun sejatinya iri melihat Yesus sangat fenomenal. Mereka abai ada aktivitas luar biasa ini. Jika mereka tidak dengki, akan melihat Allah yang berkarya di sana. Orang lumpuh berjalan itu pasti telah mereka pahami, ketahui, dan baca berkali ulang itu tindakan Mesianik.
Saudara terkasih, dalam hidup bersama kita pun mengalami yang sama. Perilaku kecewa melihat kebaikan atau capaian orang lain. Itulah dunia, dan enak, mudah, dan juga banyak teman. Berpikir positif itu jalan sunyi di tengah dunia. Emang tidak mudah, cenderung susah malah. Mengikuti Tuhan memang bukan kemudahan, jalan salib sebagai konsekuensi. Apa yang perlu dijalankan itu penuh dengan tantangan dan godaan.
Berpikir positif akan membawa konsekuensi positif pula. Kadang itu  tidak instan, perlu perjuangan dan kehendak yang kuat untuk dapat teguh dalam jalan sunyi namun penuh keajaiban ini. Pemikiran yang baik akan mengarahkan kita pada jalan yang benar. Hasil yang diperoleh pun akan jauh lebih menjanjikan. Sering kebaikan ini bukan instan, namun proses. Ada kesabaran, ketangguhan, dan tentu tanggung jawab untuk mencapainya. Siapkah memilih jalan kebaikan? BD.eLeSHa.


Rabu, 01 Juli 2020

Pergilah, dan Dampak Keterpisahan dari Allah


Rabu Biasa Pekan XIII (H)
Am. 5:14-15,21-24
Mzm. 50:7,8-9,10-11,12-13
Mat. 8:28-34



Am. 5:14-15,21-24

5:14 Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan.
5:15 Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf.
5:21 "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
5:22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
5:23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar.
5:24 Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.


Mat. 8:28-34

8:28 Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu.
8:29 Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"
8:30 Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan.
8:31 Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu."
8:32 Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air.
8:33 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu.
8:34 Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.


Pergilah, dan Dampak Keterpisahan dari Allah

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana setan mau berpindah ke dalam kawanan babi. Yesus mengizinkan itu. Ada beberapa hal yang layak kita lihat dan renungkan lebih mendalam mengenai bacaan hari ini.
Perintah dan jawaban Yesus pergilah, itu adalah gerbang kebebasan bagi kedua orang yang hidupnya di kuburan saking membahayakan hidup bersama. Mereka dikuasai roh jahat yang sangat merusak. Dampak dari kuasa di jahat adalah memisahkannya dari kebersamaan dengan masyarakat, keluarga juga tentunya.
Pergi dan memasuki babi-babi yang kemudian masuk ke dalam air dan tenggelam. Kematian adalah akhir dari keterpisahan dari kuasa Allah. Pemisahan diri  kesatuan dengan kasih Allah, itulah dosa. Akibat akhirnya adalah kematian. Simbol yang memberikan peringatan besar, bahwa kita terpisah dari Allah berujung pada maut.
Kebebasan kedua orang itu membutuhkan korban. Babi-babi yang mati. Harga kemerdekaan yang cukup mahal, sebagaimana cara pandang orang Gadara dalam menyikapi perbuatan baik Yesus. Lihat mereka mengusir Yesus  padahal sudah membebaskan saudara mereka.
Cara pandang kebendaan kadang bisa membuat keadaan kacau. Sama dengan orang Gadara yang melihat kematian babi itu dibanding kemerdekaan saudara mereka. Hal yang sangat mungkin kita alami. Melihat kemanusiaan kalah dengan keberadaan materi.
Bagaimana orang bisa bertanya bagaimana kendaraan yang kecelakaan, bukan bagaimana saudaranya yang ada di sana. Melihat materi lebih penting. Fokus manusia atas dunia sih wajar demikian. abai mengenai kemanusiaan dan lebih melihat materi sebagai segalanya.
Saudara terkasih,  bagaimana kita melihat dunia, materi, dan kehidupan di dunia ini, namun juga yang dunia baka nanti. Memberikan prioritas atas kemanusiaan dan menyatu dengan kasih Ilahi demi keselamatan. Berkali ulang Tuhan Yesus menyatakan dan berfirman, kesatuan dengan Allah adalah kunci keselamatan.  Keterpisahan adalah kematian, dan maut yang menguasai.
Hidup di dunia ini adalah persiapan untuk yang abadi. Bersama dengan saudara seiman untuk mencapai kesatuan dengan Allah dengan kasih-Nya yang tidak berkesudahan.
Pilihan  untuk terpisah atau bersatu dan itu ada pada kita. Allah tidak pernah berubah tawaran dan ajakan untuk kembali itu sudah ada. BD.eLeSHa.

Selasa, 09 Juni 2020

Hiduplah yang Berdampak


Selasa Pekan Biasa X (H)
1 Raj. 17:7-16
Mzm. 4:2-3,4-5,7-8
Mat. 5:13-16


1 Raj. 17:7-16

17:7 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
17:8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
17:9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
17:10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
17:11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
17:12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
17:13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
17:14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
17:15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
17:16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.


Mat. 5:13-16

5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.



Hiduplah yang Berdampak

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana nasihat Yesus untuk hidup kita di tengah dunia. Garam dan terang, itu adalah persembahan terbesar hidup bagi kehidupan. Terang tidak tebang pilih, garam pun mengorbankan diri, wujud, tidak terlihat, namun memberikan dampak luar biasa. Itulah kualitas iman dan hidup beriman yang berkenan di dalam Tuhan.
Era modern ini, populer, viral, dan tenar seolah menjadi panglima dalam banyak hal. Politik, ekonomi, sosial, dan berbagai segi hidup mengejar ketenaran. Kemudahan itu ada, bahkan sangat menjanjikan. Namun pada sisi lain, jika tidak hati-hati orang jatuh asal tenar dan viral namun dampak buruk yang diperoleh.
Tenar asal cemar sangat mungkin menjadi pilihan. Di sanalah peran iman. Orang boleh membangun citra diri, tenar, populer, dan juga mendapatkan segalanya dengan itu semua. Namun  peran, bantuan, dan dampak apa bagi pihak lain, terutama dunia? Lihat saja  artis, politikus, atau juga orang-orang yang suka panjat sosial demi dikenal. Mereka melakukan hal-hal yang kadang buruk, agar menjadi bahan pembicaraan.
Gaya hidup mencaci maki di media sosial, biar terlihat berbeda, garang, dan pemberani. Menyerang siapa saja. Itulah dunia, tawaran dunia yang bisa diperoleh dengan berbagai cara dan macamnya. Apakah demikian bagi anak-anak Allah? Patut direnungkan kembali lebih dalam.
Saudara terkasih, garam, itu melebur agar berdaya guna. Memberikan dampak itu kadang sama sekali tidak akan terlihat. Apalagi jika mencari bentuk dan wujud dari garam. Sudah tidak ada lagi. Kesiapan ini yang menjadi penting. Tidak terlihat namun terdampak.
Kemarin, ada sebuah opini yang menuliskan, bagaimana agama yang tidak banyak omong, tidak banyak polemik, taat protokol pemerintah, bisa dinilai yang paling banyak memberikan kontribusi positif bagi penanggulangan covid-19, khususnya Indonesia. Syukur bahwa Gereja Katolik, KWI, ataupun masing-masing keuskupun sangat peduli dengan kata pemerintah. Mengikuti tanpa banyak omong. Menutup gereja hingga pekan kemarin, baru ada yang memulai dengan sangat hati-hati. Patut bersyukur, bahwa menjadi garam itu sangat mungkin tidak terlihat.
Iman itu tidak semata banyak kata dan omong, namun bagaimana hidup yang memberikan arti positif bagi sekitar. Pemberian diri bukan malah mengharapkan mendapatkan sesuatu dari iman itu. BD.eLeSHa.



Senin, 08 Juni 2020

Berbahagialah yang Membawa Damai


Senin Biasa Pekan X (H)
1 Raj. 17:1-6
Mzm. 121:2-3,4-5,7-8
Mat. 5:1-12




1 Raj. 17:1-6

17:1 Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."
17:2 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya:
17:3 "Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.
17:4 Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana."
17:5 Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.
17:6 Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.



Mat. 5:1-12

5:1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."



Berbahagialah yang Membawa Damai

Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan firman Tuhan mengenai sabda bahagia. Bagaimana Tuhan menyatakan kita patut untuk membawa diri sebagai agen perubahan. Keadaan yang oleh dunia dinilai sebagai hal yang buruk, pesimis, dan tidak nyaman itu, sebagai kesempatan untuk melihat karya Allah. Badai pasti berlalu dan tidak ada pesta yang tidak pernah usai.
Kita sebagai anak dunia, dan juga anak bangsa sedang menghadapi pandemi. Semua saja tanpa kecuali. Tidak ada yang tidak terdampak atas aksi si kecil itu. Pemberitaan demi pemberitaan berseliweran. Ada yang positif dengan antusias penuh harapan, namun tidak sedikit yang menebarkan kecemasan dan ketakutan. Pesimisme yang mau ditawarkan demi mendapatkan sesuatu, kepentingan diri dan kelompok. Jabatan misalnya.
Sikap saling curiga dan menilai pihak lain sebagai pelaku kegagalan, tidak becus, dan sebagainya. Ada di mana-mana. Mau Indonesia atau negara lain. Tentu berbeda kisah, konteks, dan arah yang mau dituju. Perang fisik mungkin sudah makin jarang, hanya ada di Timur Tengah yang memang tidak pernah ada habis-habisnya. Ini semua juga soal hegemoni, kekuasaan, penindasan, dan pengakuan. Keakuan yang dikedepankan. Soal duka, kesulitan, penderitaan, dan bahkan kemiskinan dan kematian rakyat tidak menjadi pertimbangan. Inilah dunia, manusia, dan godaan untuk selalu menomorsatukan diri dan kelompoknya. Menjadikan pihak lain sebagai tumpuan untuk mencapai sesuatu.
Saudara terkasih, dalam sabda bahagia Tuhan Yesus menyatakan berbagailah yang membawa damai, karena akan disebut anak-anak Allah. Perselisihan, pertikaian, dan permusuhan menjadi gaya hidup dunia ini. Orang ingin  lebih dari yang lain. Penginnya menjadi yang ter ter dan ter. Nah kadang, di dalam membangun diri mencapai ter itu mengorbankan pihak lain. pemaksaan kehendak salah satunya. Bagaimana mau damai jika ada pemaksaan kehendak.
Mengalah demi kebaikan persama. Bukan berarti kalah atau takut, namun memberikan kesempatan kepada pihak lain memuaskan diri. Contoh sederhana, bagaimana jika kita dihujat dan balas menghujat? Ribut bukan? Itu bukan damai dan tentu bukan karya anak-anak Allah.
Doa Santo Fransiskus Asisi bagus untuk mengolah batin kita menjadi seluas samudra. Doakan dengan kesungguhan secara rutin, dan rasakan dampaknya. BD.eLeSHa.

Senin, 01 Juni 2020

Terjadilah padaku Menurut Kehendak-Mu



Pw. SP Maria Bunda Gereja (P)
Kis. 1:12-14
Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9
Yoh. 19:25-34




Kis. 1:12-14

1:12 Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem.
1:13 Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus.
1:14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.

Yoh. 19:25-34

19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!"
19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
19:31 Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
19:32 Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
19:33 tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,
19:34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.


  
Terjadilah padaku Menurut Kehendak-Mu

Saudara terkasih, hari ini kita memulai untuk melanjutkan masa biasa. Bersama Bunda Gereja kita merenungkan mengenai perutusan Bunda Maria yang membawa konsekuensi amat besar bagi dunia ini. Maria sebagai perantara Putera Allah masuk ke dalam dunia ini. Hal yang banyak hal terpengaruh dan menjadi taruhan bahkan.
Ada sebuah kisah inspiratif, bagaimana Gabriel yang diutus untuk nanting, menanyakan kesanggupan Maria menjadi ibu Penebus. Dikisahkan katanya Gabriel kebes, keringat dingin menunggu reaksi Maria. Ia mengatakan kalau si gadis banyak pertanyaan, namun ketika menjawab, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu, Gabriel menjadi plong. Selesai dan tidak ada keraguan lagi mengenai masa depan dunia.
Maria apa juga dengan secepat itu atau seringan itu mengatakan iya? Jelas tidak. Ia sebagai manusia, anak gadis tahu dengan persis konsekuensi yang akan terjadi. Pun bagaimana ia akan mengatakan kepada Yusuf tunangannya. Hal yang luar biasa besar. Sama dengan Gabriel juga menyatakan warta luar biasa gede. Keadaan yang sama tentu saja.
Apa jadinya jika Maria mengatakan, aku tidak sanggup menanggung penolakan, hukuman, dan penganiayaan bagi diri dan keluargaku. Toh keberatan ini sama sekali tidak keluar dari diri Maria. Repot Tuhan Allah untuk memilah dan memilih lagi. Sikap Maria yang mengatakan dan menyatakan diri sebagai hamba sehingga menurut ini menjadi penting.
Saudara terkasih, kesiapsediaan Maria menjalankan perutusan ini sunggu luar biasa. Mengetahui diri sebagai hamba, dan pastinya tahu dan paham, Tuhan Allah itu yang mengutus tentu juga yang menjaga, dan menyiapkan segala sesuatunya. Hal yang kadang kita abai, ketika menjalankan perutusan kita memilikirkan kendala, takut tidak mampu, dan model-model begituan. Abai jika Tuhan ada, hadir, dan tetap mendampingi.
Peran Tuhan Allah itu mutlak, namun kita malah sering lupa seolah kitalah pelaku utama. Kita ini  hanya ikut dalam karya dan perutusan Allah. semata alat dan kepanjangan tangan Allah di dunia ini. Nah ketika  kita mampu menjalani itu, semua akan ringan dan mampu kita jalani.
Maria menjalani peran tidak mudah itu, bahkan menyaksikan Puteranya wafat disalib. Peristiwa paling tidak mengenakan, namun ia  jalani dengan tabah dan setia. Sebuah perjalanan rohani amat berat dan sangat tidak mudah. Kata-kata awali sebagai jawaban atas kesanggupan ikut serta dalam karya Allah menjadi kekuatan Maria.BD.eLeSHa.

Minggu, 31 Mei 2020

Roh Kudus yang Menyatukan, Damai dan Suka Cita Hadir


HARI RAYA PENTAKOSTA (M)
Kis. 2:1-11
Mzm. 104:1ab,24ac-30,31,34
1 Kor. 12:3-7,12-13
Yoh. 20:19-23





Kis. 2:1-11

2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,
2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."


1 Kor. 12:3-7,12-13

12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.
12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.
12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.
12:7 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
12:12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.
12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.


Yoh. 20:19-23

20:19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
20:20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
20:21 Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
20:22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.
20:23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.



Roh Kudus yang Menyatukan, Damai dan Suka Cita Hadir


Saudara terkasih,  hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan Pentakosta, peristiwa besar yang mengubah para rasul dan juga kita sebagai anak-anak Tuhan, Gereja, dan keberadaan Roh Kudus di tengah-tengah kita. Pencurahan Roh Kudus bagi para rasul. Mengubah keberadaan para rasul yang awalnya ketakutan itu kini berani menyuarakan kebangkitan Tuhan. Ada perubahan drastis.
Beberapa hal layak kita renungkan bersama. Pertama, bagaimana keberadaan para rasul usai peristiwa salib. Mereka ketakutan, cemas, dan bersembunyi. Dalam bacaan ini kita juga mendengar bagaimana mereka bersembunyi dan pintu dikunci. Takut yang sangat dengan banyak peristiwa yang menguncang mereka.
Kedatangan dan pencurahan Troh Kudus yang membuat mereka mampu mewartakan Tuhan dalam aneka bahasa pendengar. Ingat mereka bukan orang terpelajar, namun memiliki kemampuan sehingga para pendengar itu bisa mendengar dalam bahasa mereka masing-masing. Mau menggambarkan bagaimana Roh Kudus itu berkarya, bekerja, dan membakar para murid untuk berani. Memberikan “terjemahan” pada masing-masing pendengar, yang mereka berbeda bahasa dengan para murid.
Orang-orang yang beraneka ragam, berbeda-beda itu disatukan dalam pengajaran para murid. Pemisahan dalam kisah menara Babel kini diubah, orang yang dulu diserakan dengan komunikasi yang terputus, dibedakan sehingga tidak mampu saling memahami, kini disatukan. Kebesaran Roh Kudus yang memampukan mereka semua mendengar dalam bahasa mereka.
Saudara terkasih, beragama, beriman, dan memiliki Roh Kudus dalam jiwa seharusnya kita itu memiliki keberanian. Berani menyuarakan kebenaran dan keadilan apapun risikonya. Tidak kenal takut sepanjang itu adalah kebenaran dan berani menyuarakan dengan segala risikonya. Beriman bukan bersembunyi balik pintu demi keamanan diri sendiri. Keluar dan menyatakan kebenaran.
Beriman juga adalah bersuka cita, bukan duka cita. Dunia kadang membuat kita bersedih, meratap, dan membuat cemas. Itu adalah dunia yang hendak mengecilkan suka cita kita. Meneror dengan segala cara agar kita tidak mampu memiliki kebahagiaan dan akhirnya suka cita menjadi hilang.
Iman juga membuat kita mampu berdamai. Sikap damai satu sama lain, bersama dengan yang lain, dan terutama pada yang berbeda. Lagi-lagi dunia mengajak sebaliknya. Bertikai seolah adalah kesenangan yang membuat hidup itu keren.
Menyatukan. Bagiamana perbedaan asal-usul itu tidak menjadi penghalang karena keberadaan Roh Kudus. Jembatan yang mengatasi perbedaa, jurang pemisah tersatukan dengan keberadaan Roh Kudus.
Dunia baru, tatanan baru, dan menjadi pribadi baru, Roh Kudus mengubah kita. Biarlah Roh Kudus menguasai, mengubah, dan membawa kita pada kebaruan kita. BD.eLeSHa.