Pw. SP Maria Bunda Gereja (P)
Kis. 1:12-14
Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9
Yoh. 19:25-34
Kis. 1:12-14
1:12
Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit
Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem.
1:13
Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka
menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus
dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot
dan Yudas bin Yakobus.
1:14
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa
perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.
Yoh. 19:25-34
19:25 Dan dekat
salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria
Magdalena.
19:26 Ketika
Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia
kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
19:27 Kemudian
kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu
murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
19:28 Sesudah
itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia --
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!"
19:29 Di situ ada
suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah
dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut
Yesus.
19:30 Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu
Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
19:31 Karena hari
itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal
tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka
datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki
orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
19:32 Maka
datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki
orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
19:33 tetapi
ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak
mematahkan kaki-Nya,
19:34
tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan
segera mengalir keluar darah dan air.
Terjadilah
padaku Menurut Kehendak-Mu
Saudara terkasih, hari ini kita memulai untuk
melanjutkan masa biasa. Bersama Bunda Gereja kita merenungkan mengenai
perutusan Bunda Maria yang membawa konsekuensi amat besar bagi dunia ini. Maria
sebagai perantara Putera Allah masuk ke dalam dunia ini. Hal yang banyak hal
terpengaruh dan menjadi taruhan bahkan.
Ada sebuah kisah inspiratif, bagaimana Gabriel yang
diutus untuk nanting, menanyakan
kesanggupan Maria menjadi ibu Penebus. Dikisahkan katanya Gabriel kebes,
keringat dingin menunggu reaksi Maria. Ia mengatakan kalau si gadis banyak
pertanyaan, namun ketika menjawab, terjadilah
padaku menurut perkataanmu itu, Gabriel menjadi plong. Selesai dan tidak
ada keraguan lagi mengenai masa depan dunia.
Maria apa juga dengan secepat itu atau seringan itu
mengatakan iya? Jelas tidak. Ia sebagai manusia, anak gadis tahu dengan persis
konsekuensi yang akan terjadi. Pun bagaimana ia akan mengatakan kepada Yusuf
tunangannya. Hal yang luar biasa besar. Sama dengan Gabriel juga menyatakan
warta luar biasa gede. Keadaan yang sama tentu saja.
Apa jadinya jika Maria mengatakan, aku tidak
sanggup menanggung penolakan, hukuman, dan penganiayaan bagi diri dan
keluargaku. Toh keberatan ini sama sekali tidak keluar dari diri Maria. Repot Tuhan
Allah untuk memilah dan memilih lagi. Sikap Maria yang mengatakan dan
menyatakan diri sebagai hamba sehingga menurut ini menjadi penting.
Saudara terkasih, kesiapsediaan Maria menjalankan
perutusan ini sunggu luar biasa. Mengetahui diri sebagai hamba, dan pastinya
tahu dan paham, Tuhan Allah itu yang mengutus tentu juga yang menjaga, dan
menyiapkan segala sesuatunya. Hal yang kadang kita abai, ketika menjalankan perutusan
kita memilikirkan kendala, takut tidak mampu, dan model-model begituan. Abai jika
Tuhan ada, hadir, dan tetap mendampingi.
Peran Tuhan Allah itu mutlak, namun kita malah
sering lupa seolah kitalah pelaku utama. Kita ini hanya ikut dalam karya dan perutusan Allah.
semata alat dan kepanjangan tangan Allah di dunia ini. Nah ketika kita mampu menjalani itu, semua akan ringan
dan mampu kita jalani.
Maria menjalani peran tidak mudah itu, bahkan
menyaksikan Puteranya wafat disalib. Peristiwa paling tidak mengenakan, namun
ia jalani dengan tabah dan setia. Sebuah
perjalanan rohani amat berat dan sangat tidak mudah. Kata-kata awali sebagai
jawaban atas kesanggupan ikut serta dalam karya Allah menjadi kekuatan Maria.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar